Ruptur tendon patela adalah cedera lutut yang melemahkan yang menandakan patah atau robeknya tendon yang menghubungkan tempurung lutut, atau patela, ke tulang kering, atau tibia. Pada sebagian besar ruptur tendon patela, tendon benar-benar robek pada lebarnya, meskipun robekan sebagian juga mungkin terjadi. Kebanyakan ruptur tendon patela terjadi pada individu yang berusia kurang dari 40 tahun.
Tendon patela adalah bagian dari sistem otot dan ligamen di kaki yang memungkinkan aktivitas normal seperti berjalan, berlari, dan melompat. Ketika tendon patela sepenuhnya pecah, orang yang terluka sangat sering tidak dapat berdiri di atas lutut yang terkena atau meluruskan kaki. Gejala robekan sebagian termasuk rasa sakit dan kesulitan melakukan aktivitas apa pun yang melibatkan gerakan lutut. Tendon ini membantu menjaga tempurung lutut di tempatnya, jadi jika tempurung lutut bergerak ke atas sepanjang paha, itu mungkin merupakan tanda pecahnya tendon patela. Pembengkakan juga sangat umum, dan area tersebut sering sensitif terhadap sentuhan.
Ruptur tendon patela relatif jarang, terutama dibandingkan dengan strain tendon patela atau cedera ringan lainnya. Namun, ketika ruptur tendon patela terjadi, itu membutuhkan perbaikan ekstensif. Itu tidak dapat diobati hanya dengan istirahat, es atau kompresi.
Jika dicurigai adanya ruptur tendon patela, seseorang harus segera mengompres lutut untuk mengurangi pembengkakan dan mencari bantuan medis. Ruptur penuh memerlukan pembedahan untuk menjahit kembali tendon, dan mereka memerlukan penggunaan gips atau penyangga selama enam minggu setelah prosedur. Rehabilitasi ekstensif biasanya diperlukan setelah operasi untuk menyembuhkan lutut kembali ke urutan kerja yang tepat. Rehabilitasi dapat memakan waktu enam sampai 12 bulan, tergantung pada tingkat cedera, dan atlet dapat absen untuk jangka waktu ini. Ruptur tendon patela parsial mungkin tidak memerlukan pembedahan tetapi masih melibatkan banyak rehabilitasi, penguatan kembali, dan waktu istirahat.
Cedera pada tendon patela sering dipertahankan karena terlalu sering digunakan dari latihan berulang yang membuat lutut atau radang sendi tegang. Pecahnya kadang terlihat setelah mendarat di lutut pada sudut yang bengkok atau canggung. Perubahan arah yang tiba-tiba dan cepat selama berlari juga dapat menyebabkan ruptur tendon patela.
Ada langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencegah pecahnya tendon patela. Ini termasuk banyak peregangan sebelum dan sesudah berolahraga, melakukan aktivitas pemanasan sebelum aktivitas fisik dan menghindari aktivitas yang memberi tekanan pada tendon patela, seperti melompat berlebihan. Penggunaan steroid anabolik dapat melemahkan tendon patela, sehingga lebih rentan pecah, sehingga penggunaan steroid anabolik harus dihindari.