Pakaian berkabung adalah pakaian yang dikenakan saat seseorang sedang berkabung. Tergantung pada budaya di mana seseorang tinggal, pakaian berkabung mungkin merupakan pakaian yang sama sekali baru yang dipilih secara khusus untuk tujuan ini, atau mungkin pakaian lama yang sedikit dimodifikasi. Di banyak budaya, tidak ada modifikasi sama sekali yang diperlukan, dan orang-orang hanya mengenakan pakaian yang sederhana dan muram saat mereka berada dalam masa berkabung sebagai tanda penghormatan kepada almarhum. Namun, pakaian berkabung memiliki sejarah yang kaya dan menarik di banyak budaya, dan beberapa contoh pakaian berkabung yang sangat bagus terkadang dapat dilihat dipajang di museum tekstil.
Konsep pakaian berkabung mungkin mencapai puncaknya di Barat di Era Victoria, ketika serangkaian ritual yang kompleks dan misterius seputar proses berkabung berkembang. Gaya berkabung mungkin terkait dengan Ratu Victoria, yang memilih untuk mengenakan pakaian hitam selama sisa hidupnya setelah kematian permaisurinya, Pangeran Albert. Seiring waktu, aturan kompleks tentang berkabung mulai muncul di kalangan kelas atas Inggris, di mana berkabung memberikan kesempatan untuk menjadi modis dengan kedok hormat.
Sebagai aturan umum, pakaian berkabung di banyak budaya memiliki beberapa ciri. Mereka cenderung sangat sederhana, menunjukkan bahwa pemakainya tidak peduli dengan fashion atau terlihat bagus, dan mereka biasanya dijahit dengan warna yang suram. Di Barat, pakaian berkabung sering kali berwarna hitam, biru, ungu, atau abu-abu; warna lain dominan di wilayah lain di dunia, terutama putih di Asia.
Di beberapa budaya, kain tertentu digunakan untuk membuat pakaian berkabung. Kain ini seringkali kasar dan kasar, sedangkan kain mewah yang lebih lembut dilarang. Dalam tradisi Yahudi, pelayat yang dekat dengan mendiang membuat celah kecil di pakaian mereka, dalam praktik yang disebut keriah. Orang yang berkabung dapat memilih untuk tidak memakai perhiasan selama proses berkabung, dan perilaku umum mereka cenderung tidak terdengar saat mereka memproses kematian orang yang dicintai. Pelayat yang tidak dekat dengan orang yang meninggal dapat memilih untuk mengenakan pita hitam pada pakaian mereka.
Beberapa orang berpikir bahwa tidak beruntung mengenakan pakaian berkabung setelah masa berkabung berakhir. Orang-orang ini biasanya membeli pakaian khusus untuk berkabung, dan pakaian ini dapat disimpan setelah masa berkabung berakhir, jika diperlukan lagi. Pakaian berkabung juga dapat dibakar atau dibuang secara ritual di beberapa budaya. Di Era Victoria, pakaian hitam yang dikenakan oleh orang-orang berkabung penuh, tahap berkabung pertama dan paling intens, dikenal sebagai lalang janda, dan biasanya tidak digunakan lagi karena sangat khas.