Apa itu OnabotulinumtoxinA?

Berasal dari spesies bakteri, onabotulinumtoxinA memiliki aplikasi kosmetik dan medis. Tersedia dengan beberapa merek dagang, fungsi toksin ini melumpuhkan otot-otot tubuh tempat penyuntikan. Ini sering digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan kerutan di wajah. Bakteri penghasil onabotulinumtoxinA juga menghasilkan bentuk toksin lain dengan efek serupa.

Kondisi medis yang menampilkan masalah dengan pengencangan atau kejang otot mungkin dapat diobati dengan onabotulinumtoxinA. Kondisi leher yang menyakitkan yang disebut distonia serviks menyebabkan kontraksi otot yang tidak normal, dan efek relaksasi dari injeksi onabotulinumtoxinA dapat meredakan masalah untuk sementara. Ketika otot kelopak mata tidak bekerja dengan baik, toksin dapat membantu mengatasi masalah tersebut, seperti pada kasus strabismus atau blepharospasm.

Keringat yang tidak terkendali adalah masalah medis lain yang dapat dikendalikan oleh racun. Penderita migrain mungkin juga menemukan bantuan dari sakit kepala kronis melalui suntikan toksin. Otot-otot lengan dan tangan yang tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh pasien juga dapat dibuat lebih responsif melalui pengobatan toksin.

Perubahan kosmetik pada wajah merupakan ciri penting penggunaan onabotulinumtoxinA. Efek melumpuhkan yang dimiliki toksin pada otot untuk sementara waktu dapat memperbaiki kerutan seperti garis kerutan dan dapat membuat pasien tampak lebih muda. Obat ini bisa memakan waktu beberapa hari hingga minggu untuk menjadi efektif. Itu tidak memiliki efek permanen pada tubuh, dan untuk prosedur medis dan kosmetik, efeknya hanya berlangsung beberapa bulan dan perlu diulang untuk mempertahankan manfaat yang sama.

Toksin dibuat dalam bentuk bubuk steril, yang dicampur oleh ahli medis atau ahli kosmetik dengan cairan pembawa. Setelah daerah yang terkena dilumpuhkan dengan anestesi lokal atau kompres dingin, ia kemudian menyuntikkan racun langsung ke otot atau kulit. Prosedur ini mungkin memerlukan lebih dari satu perawatan, tergantung pada kondisi perawatannya.

Obat ini bersifat racun, sehingga dapat menimbulkan efek samping bagi tubuh. Setelah prosedur, pasien mungkin mengalami kesulitan menelan atau mengalami penurunan otot di area yang disuntik. Kontrol otot bagian tubuh juga bisa terganggu karena penyuntikan. Demam, nyeri, dan gejala seperti pilek semuanya mungkin terjadi, seperti juga reaksi alergi.
Clostridium botulinum adalah spesies bakteri yang bertanggung jawab untuk memproduksi OnabotulinumtoxinA. Di kalangan ilmiah, OnabotulinumtoxinA juga dikenal sebagai toksin botulinum tipe A, dan bakteri tersebut juga menghasilkan toksin yang disebut toksin botulinum tipe B. Toksin B ini juga memiliki kegunaan medis dan bisa disebut rimabotulinumtoxinB.