Apa itu Neuroteologi? (dengan gambar)

Neuroteologi adalah bidang ilmiah yang mencoba mempelajari aktivitas neurologis otak selama pengalaman spiritual. Bidang ini segera menjadi kontroversi dengan mengandaikan bahwa semua pengalaman spiritual adalah hasil dari impuls saraf dan pola otak. Bidang neuroteologi tidak menerima bahwa pengalaman spiritual mungkin sebenarnya menyebabkan impuls saraf, tetapi sebaliknya. Dengan kecenderungan ini, neuroteologi sering diserang oleh para teolog, pemimpin spiritual, dan ilmuwan lainnya.

Pengalaman spiritual secara khusus didefinisikan dalam neuroteologi. Subyek mungkin merasa menyatu dengan alam semesta, mengalami pencerahan tiba-tiba, keadaan kesadaran yang berubah, trans gembira, atau kekaguman spiritual. Evaluasi pola gelombang otak adalah penyelidikan pertama dalam neuroteologi, yang dilakukan pada akhir 1950-an.

Penyelidikan terbaru telah menggunakan pencitraan otak untuk mempelajari orang-orang yang mengalami pengalaman spiritual. Namun, penelitian pada tahun 1980-an oleh Dr. Michael Persinger yang terutama mendefinisikan neuroteologi dan menimbulkan kritik besar. Persinger percaya bahwa dia dapat menyebabkan episode spiritual dengan stimulasi lobus temporal. Penelitiannya mendapat serangan baru-baru ini karena penelitiannya tidak buta ganda, dan penelitian yang diuji memiliki pemahaman tentang apa yang diharapkan.

Perangkat Persinger yang digunakan untuk merangsang lobus temporal disebut helm Tuhan, yang menciptakan medan magnet lemah yang menyebabkan lobus temporal bereaksi. Mereka yang menjalani pengalaman tersebut sering melaporkan bahwa mereka merasakan semacam kehadiran di ruangan bersama mereka. Berdasarkan studi Persinger, banyak yang menyimpulkan bahwa pengalaman spiritual hanyalah reaksi otak, sehingga mengabaikan kemungkinan pengalaman spiritual benar-benar ada sebagai fenomena nyata.

Studi tahun 1980-an dengan helm Tuhan membuat marah banyak teolog karena secara signifikan mengabaikan keyakinan mereka bahwa pengalaman spiritual datang langsung dari Tuhan. Menurut mereka, mengingkari realitas pengalaman spiritual berarti mengingkari fondasi banyak agama dunia. Para teolog merasa lega bahwa eksperimen Persinger dalam neuroteologi telah diserang sebagai sains yang buruk.

Neuroteologi modern dengan teknik pemetaan otak lebih menarik dalam sarannya bahwa semua manusia, terlepas dari agamanya, mungkin memiliki inti yang sama yang membuat kita terbuka pada pengalaman yang bersifat spiritual. Spiritualitas bawaan ini sebenarnya dapat berbuat lebih banyak untuk membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Mereka yang percaya pada rancangan cerdas cenderung menunjuk ini sebagai rancangan khusus manusia yang “diciptakan menurut gambar Allah”, dan kemampuan bagi semua orang untuk menemukan cara hidup rohani.
Akan tetapi, teori-teori neuroteologi baru-baru ini mungkin juga menunjuk pada validitas semua agama, daripada hanya satu agama yang mendominasi. Jika semua mampu mengalami pengalaman spiritual, dan pencitraan otak dari pengalaman spiritual dari orang-orang dari agama yang berbeda tetap sama, itu menimbulkan pertanyaan tentang validitas penegasan satu agama tertentu di atas yang lain, atau satu sekte agama di atas sekte lain. Sebaliknya, jenis pekerjaan ini cenderung selaras dengan teori psikologis Carl Jung, dan pengikut setianya Joseph Campbell, yang mengubah wajah mitologi komparatif dengan menunjukkan kesamaan yang melekat pada semua mitos dan teks agama suci.

Terlepas dari hasil penyelidikan lebih lanjut dalam neuroteologi, beberapa kritikus sama sekali tidak tertarik. Beberapa percaya bahwa agama dan sains tentu saja bertentangan. Agama bekerja berdasarkan iman sementara sains berusaha bekerja dengan fakta-fakta yang dapat diukur. Ketiadaan buktilah yang mendefinisikan iman, dan memberikan pengalaman spiritual yang paling sering kepada yang paling setia. Para kritikus ini tidak ingin ada hubungannya dengan neuroteologi dalam bentuk apa pun, dan merasa bahwa perkawinan sains dan agama adalah kejahatan yang tidak perlu.