Apa itu Negosiasi Konflik?

Ketika dua atau lebih pihak atau orang memiliki pendapat yang berbeda, negosiasi konflik seringkali diperlukan. Dalam dunia bisnis, konflik mungkin mengenai hal-hal seperti kata-kata kontrak, syarat penjualan atau hanya perbedaan kepribadian atau gaya kerja. Tidak peduli apa jenis masalah, masalah utama biasanya dicontohkan dalam kebuntuan, di mana tidak ada pihak yang ingin mundur. Kadang-kadang disebut mediasi, negosiasi konflik biasanya melibatkan membawa pihak ketiga untuk mendorong komunikasi antara pihak yang bersengketa, berbicara tentang solusi dan menciptakan kesepakatan yang memenuhi kebutuhan kedua belah pihak. Jenis negosiasi konflik yang paling berhasil diselesaikan dengan win-win solution, yaitu resolusi yang saling memuaskan bagi semua orang yang terlibat.

Banyak perusahaan melatih tim manajemen dan profesional sumber daya manusia mereka dalam negosiasi konflik. Ada beberapa jenis strategi dan teknik yang digunakan untuk menyelesaikan konflik. Kebanyakan orang setuju bahwa langkah pertama adalah identifikasi masalah dengan jelas. Langkah ini bisa menjadi sangat penting, karena banyak konflik adalah akibat dari komunikasi yang buruk dan kesalahpahaman. Negosiator konflik yang efektif adalah pendengar yang sangat baik yang dilatih untuk mendengar apa yang diinginkan masing-masing pihak sebagai hasil akhir.

Setelah masalah diidentifikasi dan negosiator memiliki pemahaman penuh tentang motif semua pihak, dia dapat mulai mencari cara bagi para pihak untuk berkompromi. Fase negosiasi konflik ini biasanya melibatkan pembicaraan dengan masing-masing pihak secara terpisah untuk mempelajari apa yang mereka bersedia untuk “menyerah” dan isu-isu yang mereka tidak akan mundur. Pada titik ini, negosiator biasanya membuat kontrak atau kesepakatan yang direvisi dengan memasukkan kompromi yang telah disepakati. Terkadang, arti sebenarnya dari kontrak asli tidak berubah, tetapi kata-kata atau frasa tertentu yang mungkin memicu konflik diubah. Mediator kemudian menyajikan draf baru kepada kedua belah pihak untuk melihat apakah kesepakatan dapat dicapai.

Jika kompromi tidak disetujui dengan rancangan baru, negosiasi konflik biasanya bergerak ke fase baru kompromi dan solusi alternatif. Misalnya, jika pihak No. 1 menginginkan Solusi A dan pihak No. 2 menginginkan Solusi B, negosiator mungkin menyarankan Solusi C, yang mungkin menggabungkan bagian dari Solusi A dan B tetapi sering kali melibatkan solusi akhir yang sama sekali berbeda. Dengan cara ini, kedua belah pihak tidak merasa bahwa pihak lawan memenangkan konflik atau mendapatkan jalannya sendiri. Jika para pihak tidak setuju pada titik ini, maka negosiasi konflik biasanya beralih ke arbitrase atau litigasi.