Mitos budaya adalah cerita tradisional yang memiliki makna khusus bagi orang-orang dari budaya tertentu. Ini sering merupakan kisah dewa atau tokoh heroik, dan kadang-kadang menawarkan penjelasan moral atau fantastis dari fenomena yang benar. Mitos budaya sering kali mencakup detail kehidupan atau filosofi budaya yang memunculkannya, membuatnya sangat berharga bagi para antropolog dan ilmuwan sosial lainnya. Studi tentang mitos budaya telah menjadi bidang skolastik tersendiri, dipelopori oleh penulis seperti Joseph Campbell, yang menemukan unsur-unsur umum di banyak mitos dunia. Pendongeng modern sering meminjam unsur-unsur dari mitos-mitos ini untuk memberikan daya tarik yang lebih luas pada kisah mereka sendiri.
Sangat mungkin bahwa mitos adalah jenis cerita paling awal, yang dipertukarkan secara lisan oleh penyair dan orang biasa jauh sebelum munculnya kata-kata tertulis. Ketika keaksaraan mulai menyebar, mitos-mitos semacam itu termasuk di antara kisah-kisah pertama yang ditulis, yang melestarikannya lama setelah masyarakat mereka binasa. Banyak mitos bertahan dengan cara ini, menawarkan wawasan tentang peradaban kuno Mediterania, India dan Cina, antara lain. Karya sastra terkemuka berdasarkan mitos termasuk The Epic of Gilgamesh, Ovid’s Metamorphoses dan Beowulf.
Contoh klasik dari mitos budaya adalah legenda Yunani tentang Icarus, putra penemu mitos Daedalus. Ditawan oleh raja jahat, Daedalus dan Icarus melarikan diri ketika Daedalus menciptakan sayap lilin dan bulu. Icarus terbang terlalu dekat dengan matahari, melelehkan sayapnya dan jatuh ke kematiannya. Seperti banyak mitos budaya, kisah ini awalnya diceritakan sebagai peristiwa sejarah, konon dari masa lalu kuno. Ini juga berisi pernyataan tentang kondisi manusia yang dapat ditafsirkan dengan beberapa cara — bahaya teknologi, mungkin, atau peringatan terhadap kesombongan.
Pada tahun 1949, cendekiawan Joseph Campbell menerbitkan sebuah studi penting tentang mitos budaya, Pahlawan Dengan Seribu Wajah. Campbell mencatat bahwa mitos dari beragam budaya di seluruh dunia memiliki elemen umum tertentu. Ini termasuk tokoh sentral heroik, pencarian atau tugas dari beberapa jenis dan bantuan oleh agen supernatural melawan musuh besar. Sifat lintas budaya ini menunjukkan bahwa beberapa bagian dari psikologi manusia secara alami memperoleh kepuasan dari mendengar cerita semacam ini. Campbell menjuluki plot mitos dasar ini sebagai monomit, atau “perjalanan pahlawan”.
Karya Campbell tentang mitos budaya mendapat paparan luas pada 1980-an, ketika pembuat film George Lucas mengakui pengaruh Campbell pada kisah Star Wars. Trilogi film Matrix dan seri Harry Potter karya JK Rowling juga menggunakan elemen monomit, membuktikan keefektifannya dalam mitos budaya masa kini. Para penulis besar di masa lalu mengakui pentingnya mitos budaya dengan cara mereka sendiri. Misalnya, ketika Mary Shelley menulis novel klasiknya Frankenstein, ia memberi subjudul “Prometheus Modern,” mengacu pada tokoh mitos Yunani yang dihukum karena berbagi pengetahuan terlarang.