Manajemen kemarahan mengacu pada strategi terapeutik yang memungkinkan orang untuk mengatasi perasaan marah yang berlebihan dan tidak bertindak berdasarkan impuls destruktif yang mungkin ditimbulkan oleh kemarahan. Kadang-kadang, orang memiliki sesi terapi individu untuk mengatasi masalah kemarahan mereka, sementara yang lain mungkin menghadiri terapi kelompok. Terapi ini mungkin diperintahkan oleh pengadilan, ketika seseorang jelas-jelas membutuhkan bantuan untuk mengendalikan perasaan marah. Beberapa penjara juga telah memulai sesi manajemen kemarahan untuk membantu penjahat dengan masa lalu yang penuh kekerasan menjadi bebas dari perilaku yang didorong oleh kemarahan. Orang sering secara sukarela berpartisipasi dalam kelas atau terapi, namun, ketika mereka menyadari bahwa perilaku dan reaksi mereka jauh di luar kisaran normal.
Model manajemen kemarahan yang paling populer saat ini didasarkan pada terapi perilaku kognitif (CBT). Dalam metode ini, mereka yang berpartisipasi dalam terapi merekam saat-saat ketika kemarahan memuncak, mengidentifikasi perasaan atau “pikiran panas” yang mendorong emosi, membuat daftar alasan mengapa pikiran tersebut mungkin atau mungkin tidak benar, dan kemudian menganalisis kembali tingkat kemarahan mereka. Emosi umumnya dinilai berdasarkan persentase.
Seseorang yang berpartisipasi dalam CBT mungkin mulai dengan 95% perasaan marah, dan melalui proses yang bijaksana ini, turunkan level ini menjadi 60%. Salah satu tujuan dari terapi jenis ini adalah membuat orang berhenti dan berpikir, menganalisis kemarahan mereka alih-alih melakukan tindakan yang merusak diri sendiri atau orang lain. Ketika orang menjadi lebih mahir dalam CBT, mereka mungkin dapat melakukan proses ini di kepala mereka. Situasi atau “pemikiran panas” yang sebelumnya menimbulkan kemarahan dapat dikenali dan lebih mudah diabaikan.
CBT juga menggabungkan teknik relaksasi, yang dapat membantu orang meredakan kemarahan. Latihan-latihan ini mungkin termasuk pernapasan dalam, serta pekerjaan analisis normal yang terkait dengan CBT. Kebanyakan terapis mengenali kemarahan sebagai emosi yang digunakan untuk menutupi perasaan terluka yang lebih dalam seperti kesedihan atau kesedihan. Bantuan diberikan dalam pelatihan manajemen kemarahan sehingga orang dapat mengidentifikasi perasaan yang lebih dalam di balik kemarahan. Seringkali, kemarahan dapat menyebar ketika seseorang mengenali perasaan lain yang mendorongnya.
Manajemen kemarahan sering berhasil sampai pada tingkat di mana orang benar-benar bersedia untuk mengatasi perasaan marah mereka. Diagnosis kondisi mendasar yang menyebabkan kemarahan berlebih, seperti depresi berat, gangguan kecemasan, atau kondisi bipolar, juga harus dibuat untuk mengidentifikasi orang-orang yang mungkin memerlukan pengobatan untuk pulih sepenuhnya. Sangat mungkin bagi kebanyakan orang untuk mengendalikan amarah mereka, dan model CBT berhasil dengan baik ketika orang-orang secara aktif merangkul prosesnya.