Paling sering digunakan dalam filsafat, logika deduktif adalah salah satu dari dua klasifikasi untuk argumen logis. Tidak seperti logika induktif, logika deduktif dimulai dengan premis-premis yang dianggap benar dan kemudian membuat deduksi dari premis-premis tersebut. Baik logika deduktif dan induktif hanya digunakan dalam argumen.
Logika induktif dimulai dengan fakta yang diketahui kebenarannya, seperti statistik, dan bertujuan untuk menjelaskan alasan di balik statistik tersebut dengan cara yang logis dan masuk akal. Logika deduktif, di sisi lain, dimulai dengan satu set premis dan menyimpulkan kesimpulan logis dari premis tersebut. Premis adalah pernyataan yang mungkin benar atau tidak, tetapi untuk tujuan argumen dianggap sebagai fakta.
Logika deduktif lebih memperhatikan struktur argumen daripada konten argumen. Dalam argumen deduktif, satu menyatakan bahwa premis A dan premis B benar, dan oleh karena itu, kesimpulan C juga benar. Di luar filsafat, pembuktian geometri adalah sejenis logika deduktif. Bahkan, strukturnya dapat dilihat dengan jelas menggunakan angka-angka sederhana. Misalnya, dengan asumsi A sama dengan 1 dan B sama dengan 2, maka C harus sama dengan 3.
Argumen deduktif bisa valid atau tidak valid. Karena argumen deduktif didasarkan pada asumsi bahwa premis-premisnya benar, suatu argumen bisa valid tanpa menjadi benar. Misalnya, argumen, “Semua wanita beruban adalah nenek. Betty adalah wanita berambut abu-abu. Oleh karena itu, Betty harus menjadi seorang nenek,” benar tetapi salah.
Jika premis-premisnya benar maka kesimpulan bahwa Betty adalah seorang nenek juga benar. Namun, premis pertama tidak benar. Semua wanita beruban belum tentu nenek, jadi Betty belum tentu nenek. Jika suatu argumen valid tetapi tidak benar, maka premis dalam argumen itu salah.
Argumen yang tidak valid terjadi ketika kesimpulan tidak mengikuti secara logis dari premis. Berikut ini adalah contoh argumen yang tidak valid: “Layla selalu lapar setelah dia menari. Layla lapar. Oleh karena itu, Layla telah menari.”
Menari hanyalah satu dari sekian banyak hal yang menyebabkan rasa lapar. Layla bisa lapar karena dia telah menari, tetapi dia bisa lapar hanya karena dia belum makan sepanjang hari. Meskipun premis-premisnya benar, kesimpulannya tidak mengikuti secara logis dari premis-premis dan, oleh karena itu, tidak valid.
Baik logika deduktif dan induktif hanya digunakan dalam argumen. Argumen adalah hal-hal yang dapat diperdebatkan atau dapat tidak disetujui. Deskripsi atau pendapat sederhana bukanlah argumen dan, oleh karena itu, tidak ada bentuk logika yang dapat digunakan. Misalnya, mengatakan, “Es krim favorit saya adalah kemiri mentega,” hanyalah pendapat dan tidak dapat dibantah.