Literasi merupakan istilah pendidikan yang secara teknis berarti mampu membaca dan menulis. Literasi juga digunakan untuk merujuk pada kemampuan seseorang dalam memahami suatu konsep. Istilah literasi sains tidak berarti bahwa seseorang dapat membaca dan menulis tentang sains tetapi secara umum bahwa dia dapat memahami konsep-konsep ilmiah dan kemajuan pada tingkat di mana dia dapat membuat keputusan berdasarkan informasi tentang masalah ilmiah. Tidak ada definisi global standar literasi ilmiah.
Literasi sains membutuhkan pemahaman tentang pengetahuan ilmiah. Salah satu definisi dari Program for International Student Assessment mendefinisikan literasi sains sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi ilmiah, menemukan pertanyaan ilmiah, dan menarik kesimpulan dari bukti ilmiah. Pemahaman publik tentang sains adalah istilah yang digunakan di beberapa negara, seperti Inggris, alih-alih literasi sains. Tidak perlu mempelajari banyak informasi tentang masalah ilmiah untuk melek sains, tetapi perlu mengetahui bagaimana mempelajari informasi ini jika keadaan menuntutnya.
Anak-anak diajarkan sains di sekolah, dan seluruh penduduk menerima informasi ilmiah dari media. Penyampaian informasi berupa museum dan kuliah umum juga dimanfaatkan untuk meningkatkan literasi sains. Meskipun informasi ilmiah disebarluaskan dengan cara ini, banyak orang di banyak negara masih buta huruf secara ilmiah. Contoh buta huruf ilmiah termasuk tidak mengetahui bahwa matahari adalah bintang, berpikir bahwa dinosaurus dan manusia hidup berdampingan, dan berada di bawah kesan bahwa elektron lebih besar dari atom.
Secara umum, literasi sains berarti memiliki alat yang diperlukan untuk memahami beragam konsep ilmiah. Alat-alat ini adalah cara berpikir spesifik yang digunakan seorang ilmuwan, seperti skeptisisme dan penggunaan sumber yang telah diuji keakuratannya. Memahami bahwa sains bukanlah entitas yang terpisah dari kehidupan normal adalah aspek lain dari literasi sains, karena orang tersebut dapat menerapkan pemikiran ilmiah ke semua bidang kehidupannya.
Ketika dunia menjadi lebih maju secara teknologi, literasi sains mungkin menjadi alat yang berguna bagi pencari kerja yang harus beradaptasi dengan pekerjaan yang rumit secara teknis. Kemajuan di bidang-bidang seperti rekayasa genetika dapat diatur oleh pemerintah mengikuti kehendak rakyat, dan jika rakyat tidak melek ilmu pengetahuan, kemajuan dapat terhambat. Sebaliknya, populasi yang buta huruf mungkin tidak melihat masalah ilmiah yang dipertanyakan sejak dini. Pemahaman konsep ilmiah seperti risiko juga dapat membantu publik secara akurat menafsirkan laporan media tentang bahaya dari isu-isu seperti vaksinasi.