Tingkat melek huruf dunia sangat bervariasi menurut negara dan definisi kata “melek huruf.” Tidak ada definisi universal tentang literasi, tetapi yang paling umum adalah kemampuan membaca dan menulis pada usia tertentu. Menurut United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), definisi ini tidak lagi memadai. Ini juga harus berarti kemampuan untuk berkomunikasi, memahami, menghitung, dan menggunakan bahan cetak dan tertulis yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini juga melibatkan kemampuan individu untuk mencapai tujuan dan mencapai potensi mereka dengan mengembangkan pengetahuan mereka dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat.
Ada kesulitan dalam pelaporan tingkat melek huruf dunia, karena statistik dilaporkan sendiri dan tidak diperiksa oleh otoritas yang objektif. Pada 2011, hampir 800 juta orang dewasa buta huruf dapat ditemukan di seluruh dunia, di negara-negara seperti Bangladesh, Cina, Ethiopia, India dan Mesir. Dari jumlah tersebut, dua pertiganya adalah perempuan. Tingkat melek huruf terendah dilaporkan di negara-negara Arab, Asia Selatan dan Barat, dan Afrika Sub-Sahara. Di wilayah ini, setengah dari perempuan dan sepertiga dari laki-laki buta huruf.
Di banyak wilayah yang lebih kaya, termasuk Amerika Utara, Eropa, dan Australasia, statistik literasi tidak dikumpulkan lagi, karena literasi diterima begitu saja dan statistik diasumsikan 95% ke atas. Menurut statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ada empat miliar orang yang melek huruf di seluruh dunia. Ini berarti hampir satu dari lima orang tidak memiliki keterampilan literasi. Di hampir 35 negara, tingkat melek huruf kurang dari 50%.
Literasi dunia dianggap sebagai alat penting dalam memerangi kemiskinan dan diskriminasi sosial. Rendahnya tingkat melek huruf ternyata berdampak pada pembangunan ekonomi suatu negara. Pada tahun 2000, tujuan membuat dunia melek huruf mengilhami berbagai pemerintah untuk berkolaborasi dengan PBB untuk bekerja menuju pendidikan untuk semua dan untuk menetapkan target pembangunan. Deklarasi tersebut mendeklarasikan dekade tersebut sebagai dekade yang didedikasikan untuk literasi dan pendidikan untuk pembangunan yang konstan.
Setiap tahun, literasi dunia menjadi sangat penting pada Hari Literasi Internasional, hari yang diadopsi pada tahun 1965 oleh UNESCO. Setiap 8 September, ada fokus mencari cara untuk membawa literasi kepada mereka yang masih kekurangan. Salah satu contoh jenis inisiatif yang telah membuat perbedaan adalah Proyek Literasi Global, yang memiliki program di Afrika, India, dan Karibia. Sumbangan buku ke sekolah-sekolah di daerah ini berarti anak-anak memiliki lebih banyak akses ke informasi dan materi. Pada tahun 2011, banyak negara telah membuat kemajuan, dengan tingkat melek huruf dunia meningkat sebesar 50% dalam waktu 30 tahun.