Layang-layang Brahmana, Haliastur indus, adalah burung pemangsa asli Australia, India, dan wilayah Asia Tenggara yang merupakan anggota terkemuka dari keluarga Accipitridae. Juga dikenal sebagai Elang Laut Punggung Merah, Layang-layang Brahmana ditemukan pada tahun 1783 oleh dokter dan naturalis Belanda Pieter Boddaert dan dianggap sebagai salah satu burung pemangsa paling umum di Bangladesh, Pakistan, India, dan Sri Lanka. Sementara Layang-layang Brahmana lebih menyukai dataran di wilayah ini, beberapa Layang-layang Brahmana dilaporkan berada di ketinggian di Himalaya lebih dari 5,000 kaki (sekitar 1,500 m).
Burung-burung ini umumnya mencari mangsanya dengan mengamati wilayah dari ketinggian penerbangan 65 hingga 165 kaki (sekitar 20 hingga 50 meter) di atas darat dan laut. Sumber utama mangsa layang-layang brahmana termasuk berbagai hewan mati, terutama ikan dan kepiting. Burung-burung ini juga telah dikenal memancing makanan hidup dari ketinggian dengan mencelupkan ke permukaan air selama menukik yang tepat untuk menangkap ikan. Pada beberapa kesempatan, Brahminy Kites bahkan akan mencuri makanan dari burung pemangsa udara lainnya, seperti Osprey dan Australian White Ibis.
Layang-layang Brahmana adalah burung pemangsa berukuran sedang yang dapat dikenali dari kepalanya yang berwarna putih cerah dan merah serta bulunya yang berwarna coklat berkarat. Kaki layang-layang brahmana pendek dan tebal, dan sayap burung lebar dengan ujung yang jauh lebih gelap daripada bulu burung lainnya. Tidak seperti banyak burung pemangsa, Layang-layang Brahmana lebih suka menempel di satu wilayah dan jarang bermigrasi karena kondisi cuaca yang berubah.
Panggilan burung-burung ini terdiri dari suara mengeong ringan yang dibuat saat terbang. Mereka biasanya menghasilkan panggilan ini selama musim kawin ketika jantan menarik perhatian betina dengan melakukan serangkaian manuver penerbangan yang kompleks dan menantang. Betina bertelur dua telur sekaligus di sarang yang terdiri dari ranting yang dilindungi oleh lapisan lumpur kering, dan Layang-layang Brahmana jantan dan betina berpartisipasi dalam membesarkan anak-anaknya.
Karena keunggulan Layang-layang Brahmana di habitat aslinya, burung ini memiliki beberapa makna budaya bagi orang-orang yang berbagi habitat dengan burung-burung ini. Misalnya, Layang-layang Brahmana dianggap sebagai simbol suci dewa Hindu Wisnu di India. Burung itu juga memainkan peran kunci dalam sebuah dongeng di Pulau Bougainville di mana bayi yang ditinggalkan berubah menjadi Layang-layang Brahmana dengan bulu yang diwarnai oleh manik-manik yang tergantung di leher anak itu.