Lampu lava tradisional terdiri dari dasar logam berbentuk kerucut yang menampung bola lampu 40 watt, dan wadah kaca berbentuk tetesan air mata yang pas di atas alas dan bohlam. Di dalam wadah kaca ini terdapat kombinasi air berwarna atau alkohol dan zat lengket yang sebagian besar terdiri dari lilin parafin, karbon tetraklorida, dan minyak mineral. Saat bola lampu menghangatkan bagian bawah wadah kaca, cairan yang diwarnai perlahan naik melalui cairan dengan cara yang menunjukkan aliran lava.
Lampu lava jauh lebih dekoratif daripada fungsional. Bola lampu 40 watt menerangi lava goo dan cairan, tetapi tidak banyak lagi. Orang mungkin menganggap lampu lava sebagai lampu malam yang bergaya, tetapi penggunaan jangka panjang tidak disarankan. Saat lampu lava tumbuh lebih hangat, potongan-potongan lava goo cenderung menjadi tetesan hingar bingar alih-alih tampilan gerak lambat yang menyenangkan.
Beberapa sumber mengklaim bahwa lampu lava komersial pertama dipatenkan di Inggris pada tahun 1963, meskipun rumus kimianya terasa ‘lebih basah’, karena tidak menyertakan lilin parafin yang membuat lava mengalir dengan lambat. Sebuah paten Amerika pada tahun 1971 menjelaskan formula yang masih digunakan sampai sekarang. Lampu lava bekerja dengan prinsip bahwa minyak dan air tidak bercampur. Saat dasar lava berminyak dan berlilin mulai meleleh dari panas bola lampu, arus konvektif yang dihasilkan mendorong cairan ke atas. Karena lilin dan minyak tidak dapat bercampur dengan air atau alkohol di sekitarnya, zat lengket itu menempel pada dirinya sendiri dalam bentuk tetesan besar.
Saat ‘lava’ di lampu lava mendingin, ia kembali ke dasar. Setelah lampu lava dimatikan seluruhnya, lilin mengeras dan menjebak minyak mineral. Air atau alkohol tetap jernih karena tidak ada bahan cairan yang tercampur dengannya. Ada resep yang tersedia di buku eksperimen sains dan di Internet untuk lampu lava buatan sendiri. Sebagian besar melibatkan penggabungan lilin lilin dan minyak mineral dengan bentuk karbon tetraklorida yang tersedia di toko pembersih kering setempat. Dasar gelas diisi dengan air berwarna atau campuran alkohol.
Para dekorator rumah di awal 1970-an menganggap lampu lava sebagai aksen yang sesuai di ruang kerja atau ruang tamu modern, bersama dengan perangkat ‘mod’ lainnya seperti organ suara dan poster day-glo dengan pencahayaan hitam. Penggemar lampu lava modern cenderung membelinya karena nuansa kitsch atau retro mereka. Menonton lampu lava dalam aksi gerakan lambat bisa sangat santai. Ada juga sedikit pelajaran sains tentang emulsi dan gravitasi spesifik di setiap lampu lava, tetapi di atas semua itu, mereka menawarkan rasa imajinasi yang umumnya tidak ditemukan di aksesori pencahayaan lainnya.