Apa Itu Krisis Keuangan Asia?

Krisis keuangan Asia adalah periode gejolak keuangan yang terjadi di banyak negara Asia pada pertengahan tahun 1990-an. Kedalaman krisis keuangan Asia membuat para pemimpin global mengungkapkan kekhawatiran bahwa krisis dapat menyebar secara global, dan kekhawatiran ini digunakan untuk membenarkan intervensi oleh Dana Moneter Internasional (IMF). Para ekonom mengambil sejumlah pelajaran penting dari krisis keuangan ini dan periode gejolak keuangan lainnya yang terjadi di seluruh dunia pada 1990-an, dan krisis tersebut menyoroti sifat ekonomi global.

Pada awal 1990-an, para ekonom di seluruh dunia memuji “keajaiban Asia”. Banyak negara Asia mengalami tingkat pertumbuhan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghasilkan keuntungan besar bagi investor yang terlibat dalam berbagai usaha ekonomi di Asia. Pasar real estat Asia khususnya mengalami banyak pertumbuhan, dan banyak pemerintah lambat dalam mengatur dan menerapkan strategi manajemen risiko. Keputusan ini ternyata sangat buruk.

Pada awal 1997, beberapa negara melaporkan kekhawatiran kecil tentang ekonomi mereka dan kekuatan mata uang mereka. Namun, sebagian besar investor dan ekonom percaya bahwa ekonomi Asia akan tetap kuat secara fundamental, dan hanya sedikit kepercayaan yang diberikan pada kekhawatiran ini sampai Juli 1997, ketika baht Thailand runtuh secara dramatis, diikuti oleh mata uang di banyak negara Asia Tenggara lainnya. Putaran pertama devaluasi mata uang yang cepat diikuti oleh yang lain, menyebabkan ketidakstabilan keuangan menyebar dari Thailand ke negara-negara seperti Korea Selatan, Indonesia, Laos, Malaysia, dan Filipina.

Dengan devaluasi mata uang datang kepanikan investor dan pemberi pinjaman, bersama dengan spekulasi yang merajalela. Spekulan lebih lanjut membuat ekonomi Asia tidak stabil, sementara penarikan kredit dan dana investasi menciptakan krisis kredit. Negara-negara yang dilanda krisis keuangan Asia sangat membutuhkan modal, tetapi menemukan dana semakin tidak tersedia, dan ini berkontribusi pada destabilisasi ekonomi lebih lanjut. Di beberapa negara, gejolak ekonomi disertai dengan masalah politik, terutama di Indonesia.

Pada akhirnya, IMF masuk dengan suntikan modal besar untuk menstabilkan ekonomi Asia, dengan alasan bahwa krisis keuangan Asia mulai menyebar ke seluruh dunia karena mitra dagang Asia menderita. Sekitar 18 bulan setelah dimulainya krisis, sebagian besar pasar Asia sebagian besar stabil dan mulai pulih. Salah satu pelajaran paling buruk dari krisis keuangan Asia adalah bahaya spekulasi, terutama tentang real estat, dan masalah serangkaian peristiwa yang dapat mengubah masalah ekonomi yang terisolasi menjadi masalah regional.