Kontraktur adalah perubahan struktur jaringan otot yang mengakibatkan kontraksi permanen dan ketidakmampuan untuk menggerakkan otot. Setelah kontraktur terjadi, itu tidak dapat dibalik, dan sebagai akibatnya rentang gerak seseorang akan terbatas. Kontraktur dikaitkan dengan sejumlah masalah medis, mulai dari luka bakar parah hingga kondisi genetik. Ada sejumlah langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya kontraktur dan mengatasinya pada tahap awal sebelum otot menjadi beku.
Salah satu alasan untuk kontraktur adalah suatu kondisi yang dikenal sebagai stres hipertonik. Otot dalam keadaan stres hipertonik dikirim sinyal konstan untuk mengencang dan berkontraksi. Seiring waktu, jaringan otot mulai berubah, dan memasuki keadaan kontraksi permanen. Cerebral palsy spastik adalah suatu kondisi yang umumnya terkait dengan stres hipertonik dan kondisi lain yang terkait dengan spastisitas juga dapat menyebabkan kontraktur.
Penyebab lain dari kontraktur adalah bekas luka. Korban luka bakar khususnya berisiko mengalami kontraktur karena luka bakarnya menebal dan menyulitkan untuk menggerakkan otot-otot di bawahnya, menyebabkan kontraktur. Demikian juga, orang yang telah menjalani beberapa operasi terbuka terkadang dapat mengalami kontraktur di tempat operasi. Imobilitas yang berkepanjangan dapat memiliki dampak yang sama pada jaringan otot. Dalam kondisi yang dikenal sebagai kontraktur kapsular, tubuh bereaksi terhadap benda asing di dalam tubuh seperti implan dengan mengencangkan otot di sekitar implan, yang dapat menggeser implan atau menyulitkan pasien untuk bergerak.
Tanda-tanda bahwa kontraktur mungkin mulai terjadi dapat mencakup kekakuan pada otot, nyeri dengan rentang gerak normal, dan kesulitan menggerakkan otot. Perawatan termasuk latihan peregangan lembut untuk mendorong otot memanjang dan rileks. Latihan-latihan ini harus diulang secara teratur, bahkan jika itu menyakitkan. Pijat juga terkadang dapat membantu, terutama jika dilakukan oleh terapis fisik yang terampil. Pembedahan dapat digunakan dalam beberapa kasus jika perawatan lain tidak efektif.
Jika pasien berisiko kontraktur, dokternya akan mendiskusikan risikonya, merekomendasikan latihan, dan memantau pasien untuk tanda-tanda awal kekakuan otot. Pasien kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mematuhi aturan pengobatan, dan penting untuk mengingatkan pasien bahwa konsekuensi dari kegagalan melakukan latihan peregangan dapat berupa hilangnya gerakan permanen pada anggota tubuh atau area tubuh yang terlibat. Sementara peregangan mungkin memakan waktu dan tidak terlalu menyenangkan, alternatifnya lebih tidak menyenangkan.