Apa itu Kon-Tiki?

Kon-Tiki adalah eksperimen oleh Thor Heyerdahl, seorang penjelajah dan penulis Norwegia berusia 32 tahun. Pada pertengahan 1940-an, ia membangun rakit, bernama Kon-Tiki, menggunakan bahan dan teknologi yang tersedia pada zaman pra-Columbus. Bersama dengan kru kecil, ia mengarungi rakit pada tahun 1947 dari Amerika Selatan ke Kepulauan Polinesia.
Tujuan Heyerdahl adalah untuk membuktikan bahwa selama periode waktu pra-Columbus, manusia dapat melakukan perjalanan dari Timur ke Barat dan bahwa orang-orang dari Amerika Selatan dapat menetap di Kepulauan Polinesia. Rakit Kon-Tiki sendiri dibuat dari balsa dari Ekuador, serta rami, pinus, dan bahan asli lainnya, termasuk kayu bakau, bambu, dan cemara. Rakit itu tidak mengandung logam.

Ekspedisi dimulai di Callao, Peru pada 28 April 1947. Heyerdahl berlayar dengan awak lima orang. Perjalanan memakan waktu 101 hari dan akhirnya mendarat di dekat Pulau Raroia pada 7 Agustus 1947. Rombongan melakukan kontak singkat dengan penduduk asli Pulau Angatau pada 4 Agustus, tetapi tidak dapat mendarat dengan selamat. Total jarak perjalanan adalah 4300 mil laut (7,964 km). Kecepatan rata-rata adalah 1.5 knot.

Begitu tiba di pulau kecil dekat Raroia, tim Kon-Tiki menghabiskan beberapa hari sendirian, sampai penduduk dari pulau terdekat tiba dengan kano. Penduduk asli membawa kru ke desa mereka dan merayakannya dengan tarian dan perayaan tradisional. Rakit itu kemudian ditarik ke Tahiti oleh sekunar Prancis.

Awak Kon-Tiki termasuk Bengt Danielsson, seorang sosiolog Swedia dan satu-satunya awak yang bukan dari Norwegia. Anggota kru Norwegia termasuk Knut Haagland, seorang ahli radio, Erik Hesselberg, seorang navigator dan seniman, Torstien Raaby, juga seorang ahli radio, dan Herman Watzinger, seorang insinyur. Ekspedisi ini didanai oleh pinjaman swasta, meskipun Angkatan Darat AS menyumbangkan beberapa peralatan.

Untuk makanan, para kru mengemas kelapa, ubi jalar bersama dengan beberapa ransum lapangan, yang disediakan oleh Angkatan Darat AS. Air mereka disimpan dalam tabung bambu. Sepanjang perjalanan, mereka menangkap ikan, khususnya tuna sirip kuning, hiu, lumba-lumba, dan ikan terbang.
Heyerdahl menulis buku terlaris tentang ekspedisinya, yang diubah menjadi film dokumenter pemenang Academy Award. Sejak 1950, rakit asli dipajang di Oslo, Norwegia di Museum Kon-Tiki.