Apa itu Koefisien Beta?

Koefisien beta adalah ukuran risiko dan pengembalian aset dalam kaitannya dengan pasar yang luas, artinya akan menunjukkan, kurang lebih, bagaimana aset atau portofolio aset akan merespons saat pasar bergerak naik atau turun. Ini digunakan dalam model penetapan harga aset modal (CAPM) dan analisis regresi. Pada dasarnya, CAPM digunakan dalam manajemen portofolio untuk menghitung pengembalian yang diharapkan dari suatu aset. Pada dasarnya, analisis regresi adalah metode statistik yang digunakan dalam keuangan untuk memperkirakan hubungan yang mungkin ada antara dua variabel, seperti saham tunggal dan seluruh pasar saham. Inilah sebabnya, saat menghitung koefisien beta dari aset yang bersangkutan, pengembalian historis akan digunakan saat mengukur hubungannya dengan kinerja pasar yang lebih luas.

Koefisien beta akan menunjukkan bagaimana kinerja aset sensitif terhadap risiko sistematis, yaitu risiko yang dapat mempengaruhi seluruh pasar. Seorang investor yang ingin mengukur pengembalian yang diharapkan dari saham tertentu, misalnya, akan menggunakan indeks pasar saham untuk mewakili pasar yang luas. Indeks pasar saham biasanya memiliki koefisien beta 1.0, dan secara teori, sekuritas yang beta 1.4, misalnya, akan bergerak 1.4 kali pergerakan indeks. Artinya, jika indeks pasar saham bergerak naik atau turun sebesar 20 persen, maka sekuritas akan bergerak 28 persen.

Rata-rata, banyak sekuritas memiliki koefisien beta 1.0, yang berarti mereka bergerak kurang lebih sejalan dengan pasar. Keamanan dengan koefisien beta lebih dari 1.0 lebih berisiko daripada pasar rata-rata dan cocok untuk strategi investasi yang lebih agresif. Di sisi lain, mereka yang koefisien beta di bawah 1.0 dianggap kurang berisiko, karena kinerja mereka kurang terkait dengan risiko sistematis. Selain itu, ada aset yang beta-nya negatif, dan ini cenderung memiliki pengembalian yang membosankan ketika ekonomi kuat, tetapi dalam penurunan, mereka memiliki kecenderungan untuk mengungguli sebagian besar investasi lainnya.

Aset dengan beta negatif secara inheren kurang sensitif terhadap risiko sistematis, dan untuk alasan ini, investor mungkin menggunakan jenis aset ini untuk melindungi portofolionya. Lindung nilai, dalam pengertian ini, adalah mencoba untuk mengimbangi kerugian yang mungkin timbul jika suatu peristiwa sistematis muncul. Selain itu, ketika melakukan analisis regresi, seseorang mungkin menggunakan data historis pengembalian untuk memperkirakan hubungan antara kinerja aset dan pasar yang lebih luas.

Beta suatu aset dapat berubah seiring waktu; misalnya, beta dari aset tertentu dapat menjadi 1.2 selama sekitar satu dekade, kemudian karena berbagai alasan, mungkin berubah menjadi 1.4 pada dekade berikutnya. Jadi, dalam analisis regresi, koefisien beta dimaksudkan sama untuk periode yang dijadikan sampel. Artinya, jika seorang individu menggunakan sampel dari dua dekade di mana dalam satu adalah 1.2 dan 1.4 lainnya, informasi yang dihasilkan kemungkinan besar akan menyesatkan.

Selain itu, estimasi pengembalian aset dibandingkan dengan pasar juga dapat direpresentasikan secara grafis dalam analisis regresi. Grafik biasanya akan menjadi diagram pencar, dengan sumbu X didedikasikan untuk kinerja pasar, dan sumbu Y adalah untuk aset yang kinerjanya sedang diukur. Grafik akan memiliki titik-titik yang tersebar di sekitarnya yang mewakili pengembalian historis tertentu untuk periode tertentu. Selain itu, akan ada garis yang ditarik agar sesuai dengan poin, dan semakin curam kemiringan garis, semakin besar beta aset, atau semakin berisiko aset tersebut.