Ketertarikan seksual genetik adalah fenomena ketertarikan seksual antara anggota keluarga biologis yang biasanya terjadi setelah kerabat dekat, seperti saudara kandung atau orang tua dan anak-anak, bersatu kembali setelah lama berpisah — biasanya perpisahan sejak lahir. Penting untuk dicatat, bagaimanapun, bahwa nama tersebut dapat menyesatkan, karena fenomena tersebut seringkali tidak mengarah pada kontak seksual yang sebenarnya antara anggota keluarga. Nama itu diciptakan oleh Barbara Gonyo pada 1980-an dalam upaya untuk memisahkan masalah dari inses, karena inses biasanya dianggap identik dengan pelecehan. Ketertarikan seksual genetik, di sisi lain, terjadi antara orang dewasa yang setuju yang tidak tahu apa-apa tentang ikatan keluarga mereka sebelum bertemu dan, dalam beberapa kasus, tidak tahu bahwa mereka terkait bahkan ketika mereka bertemu. Fenomena ini diyakini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama ketertarikan dasar manusia dan kurangnya ikatan dengan anggota keluarga yang biasanya terjadi pada tahap awal kehidupan seseorang.
Sudah lama diyakini bahwa manusia paling tertarik pada mereka yang memiliki atribut fisik serupa. Ketika saudara kandung dibesarkan bersama, atau ketika orang tua kandung membesarkan anak kandung mereka, sesuatu yang dikenal sebagai efek Westermarck terjadi. Ini diyakini sebagai evolusi biologis yang mencegah perkawinan sedarah dan secara efektif mematikan bagian ketertarikan seksual dari otak seseorang ketika menyangkut orang-orang dengan siapa mereka dibesarkan dan dianggap sebagai keluarga. Ketika anak-anak dipisahkan saat lahir, efek Westermarck tidak terjadi. Minimnya pasangan imprinting ini dengan kecenderungan manusia untuk tertarik pada mereka yang mirip dengan mereka menjadi salah satu penyebab utama ketertarikan seksual secara genetik.
Ikatan erat dengan kerabat yang terjadi selama masa bayi dan balita, terutama antara ibu dan anaknya, adalah alasan lain untuk ketertarikan seksual genetik. Setelah lama berpisah, anggota keluarga melaporkan merasakan kebutuhan mendesak untuk membuat ikatan ini, yang sering diterjemahkan menjadi perasaan tertarik dan kebutuhan yang kuat dan hampir tak terlukiskan untuk merasa dekat dengan orang lain. Kedekatan yang berasal dari meringkuk, mencium dan menghibur bayi adalah salah satu kebutuhan biologis terpenting manusia, menurut banyak psikolog, dan kurangnya kedekatan ini dapat berubah menjadi ketertarikan seksual. Kebutuhan inilah yang membuat fenomena ini paling mungkin mempengaruhi ibu dan anak-anaknya.
Stigma sosial yang melekat pada hubungan inses dan, oleh karena itu, kurangnya pelaporan membuat para peneliti kesulitan menentukan berapa banyak orang yang mengalami ketertarikan seksual genetik. Meskipun demikian, banyak agen adopsi dan kelompok pendukung pasca adopsi percaya bahwa fenomena ini mempengaruhi setidaknya 50 persen orang adopsi yang bersatu kembali dengan keluarga biologis mereka.