Apa itu Kelalaian Sipil?

Kelalaian sipil, menurut banyak sistem hukum, adalah pelanggaran kewajiban untuk peduli. Seseorang yang dinyatakan bersalah karena kelalaian perdata ditemukan tidak bertindak dengan cara yang wajar dilakukan orang dalam situasi yang sama. Tindakan lalai harus mengakibatkan cedera atau kerugian, dan sering jatuh di bawah undang-undang gugatan. Kelalaian pidana berbeda karena terdakwa dituduh dengan sengaja bertindak sembrono tanpa memperhatikan keselamatan orang lain, dan dengan demikian, pelanggaran tersebut termasuk dalam hukum pidana.

Ketika penggugat menggugat untuk kelalaian perdata, dia sering harus membuktikan empat elemen. Dia sering kali harus menunjukkan bahwa kewajiban perawatan ada, dan bahwa standar perawatan dilanggar oleh terdakwa. Penggugat kemudian harus menunjukkan bahwa dia adalah pihak yang dirugikan; ini bisa berupa cedera fisik atau emosional. Sebuah kasus pengadilan sering menang atau kalah pada kemampuan penggugat untuk membuktikan hubungan sebab akibat antara apa yang terdakwa lakukan dan cedera yang diderita penggugat.

Terdakwa dapat mengajukan berbagai pembelaan hukum dalam gugatan perdata. Yang umum adalah bahwa penggugat menanggung risiko cedera. Misalnya, penggugat yang mengalami cedera saat mengendarai sepeda motor sering ditemukan menanggung risiko cedera. Pembelaan hukum lainnya adalah kelalaian penggugat; tergugat dapat menuntut bahwa penggugat adalah penyebab dari perbuatan lalai. Seorang hakim dapat memeriksa masalah kelalaian komparatif dalam kasus-kasus itu.

Kelalaian komparatif adalah istilah hukum ketika setidaknya dua pihak bertanggung jawab atas tindakan kelalaian. Disebut komparatif karena hakim sering memberikan persentase untuk menunjukkan seberapa besar kesalahan masing-masing pihak. Penggugat bisa lalai, dan sering kali menerima pengurangan jumlah ganti rugi untuk memperhitungkan persentase kesalahannya. Misalnya, jika hakim memutuskan penggugat bersalah 40 persen, maka maksimum yang dapat dia harapkan dari ganti rugi hukum yang diminta adalah 60 persen. Hukum setempat menentukan bagaimana seorang hakim dapat menentukan kesalahan, dan dalam beberapa kasus, jika ada kesalahan yang dibebankan kepada penggugat, dia tidak akan menerima ganti rugi.

Ganti rugi yang diberikan untuk kelalaian perdata didasarkan pada apa yang diperlukan untuk mengembalikan penggugat ke kondisi semula. Pengadilan sering tidak memperhitungkan tingkat pelanggaran untuk menentukan ganti rugi. Yang penting adalah jumlah uang yang diperlukan untuk memperbaiki cedera yang disebabkan oleh kelalaian.