Apa itu Kedokteran Evolusioner?

Pengobatan evolusioner, juga dikenal sebagai pengobatan Darwinian, adalah penggunaan teori evolusi untuk lebih memahami kesehatan dan penyakit yang menimpa manusia. Bidang ini merupakan perpanjangan dari ilmu kedokteran modern, karena mempertimbangkan evolusi biologi manusia dalam menanggapi perubahan lingkungan. Pengobatan evolusioner juga mempertimbangkan pikiran; psikologi evolusioner telah berusaha untuk menjelaskan perilaku manusia. Beberapa penelitian yang paling dapat diterapkan, bagaimanapun, menyangkut dasar evolusi penyakit yang baru mulai muncul setelah penciptaan peradaban manusia.

Charles Darwin tidak pernah menerapkan teori evolusinya pada studi kedokteran. Namun, sebelum kematian Darwin, ilmuwan lain mulai menerapkan gagasan evolusioner pada teori kuman penyakit, teori bahwa mikroorganisme bertanggung jawab atas banyak penyakit. Cabang kedokteran evolusioner ini berkembang seiring waktu ketika para ilmuwan menemukan bagaimana bakteri dan virus tertentu beradaptasi dengan sistem kekebalan manusia. Penelitian ini sebagian besar bertanggung jawab untuk pengembangan antibiotik yang menyelamatkan nyawa. Ironisnya, tentu saja, antibiotik yang diperoleh dari pengobatan evolusioner mendorong evolusi bakteri resisten antibiotik seperti MRSA.

Selain memajukan kemajuan penelitian patologis, pengobatan evolusioner membantu menjelaskan alasan di balik banyak struktur dan proses tubuh. Misalnya, meskipun evolusi saluran lahir yang lebih besar akan membuat proses melahirkan menjadi lebih mudah dan mungkin tidak terlalu berbahaya, saluran lahir yang lebih besar akan mengurangi mobilitas dan membuat betina lebih rentan terhadap pemangsa. Ukuran jalan lahir, bersama dengan pigmentasi kulit dan keberadaan bintik buta, adalah contoh pertukaran dan konflik yang ada meskipun evolusi umat manusia terus berlanjut.

Pengobatan evolusioner juga berusaha menjelaskan alasan perilaku manusia. Dasar psikologi evolusioner terletak pada proses biologis yang berevolusi dari otak manusia. Dari dasar ini, psikolog evolusioner telah berusaha menjelaskan perilaku manusia. Misalnya, perilaku pacaran adalah banyak kebiasaan yang berkembang dari kebutuhan evolusioner untuk kawin. Namun, psikologi evolusioner memiliki banyak kritik, yang berpendapat bahwa pengalaman dan perkembangan manusia tidak boleh direduksi hanya sebagai hasil dari gen.

Salah satu bidang kedokteran evolusioner yang paling dapat diterapkan adalah menerapkan temuannya pada penderitaan yang baru berkembang setelah penciptaan peradaban manusia. Pada tingkat genetik, tubuh manusia dirancang untuk keberadaan pemburu-pengumpul. Contoh paling menonjol dari ketidaksesuaian antara biologi dan peradaban adalah peningkatan pesat individu dengan diabetes tipe 2. Ras manusia, yang ditopang oleh daging dan biji-bijian yang sangat sedikit untuk sebagian besar keberadaannya, tidak dapat dengan cepat beradaptasi dengan diet yang diisi dengan karbohidrat olahan dan gula. Pada saat yang sama, gaya hidup yang lebih menetap telah menyebabkan sejumlah penyakit kronis.