Kebijakan perdagangan yang adil adalah sistem perdagangan yang menganjurkan pembayaran upah yang adil kepada pekerja, serta standar yang tinggi dari pemeliharaan lingkungan dan perilaku sosial. Perdagangan yang adil muncul pada tahun 1940-an, ketika organisasi mulai mengimpor kerajinan tangan yang dibuat oleh orang-orang miskin, menjualnya di gereja atau di pameran dan mengembalikan hasilnya kepada para seniman. Federasi Perdagangan yang Adil berkembang dari praktik ini, ketika bisnis yang mengutamakan kesejahteraan pekerja mulai bergabung. Pada 1990-an, sistem pelabelan dikembangkan untuk mengidentifikasi produk yang diperdagangkan secara wajar, dan standar internasional untuk kebijakan perdagangan yang adil dibuat. Banyak barang yang dijual di pasar global dapat dibeli dari perusahaan dengan kebijakan perdagangan yang adil, termasuk kerajinan tangan, kopi, dan cokelat.
Ketika gerakan perdagangan yang adil berkembang melampaui kerajinan tangan, fokus pertamanya adalah pada kopi. Pada akhir 1980-an, harga kopi mulai turun, yang diyakini berdampak negatif pada kualitas hidup petani kopi. Untuk menaikkan harga kopi secara artifisial, dan, oleh karena itu, kondisi hidup dan kerja petani, sebuah kelompok di Belanda mengembangkan label khusus untuk merek kopi yang membayar upah cukup tinggi. Kelompok ini segera bergabung dengan tiga lainnya untuk membentuk Organisasi Pelabelan Perdagangan yang Adil, yang menetapkan kebijakan perdagangan yang adil.
Kebijakan perdagangan yang adil untuk kopi mensyaratkan kondisi kerja yang aman dan upah yang adil, melarang pekerja anak dan mengamanatkan agar produsen berinvestasi dalam pengembangan komunitas mereka. Prinsip yang sama ini juga telah diterapkan pada makanan pilihan seperti teh, kakao, dan pisang. Mereka juga berlaku untuk barang-barang manufaktur yang telah tersedia melalui perdagangan yang adil, termasuk sepatu dan pakaian, aksesoris dan mainan. Seringkali, produsen produk tertentu dapat membentuk koperasi perdagangan yang adil di mana mereka dapat berbagi sumber daya, belajar dari satu sama lain dan bersama-sama menentukan prioritas mereka untuk pembangunan masyarakat.
Kelompok yang mempelopori kebijakan perdagangan yang adil tumbuh menjadi toko Sepuluh Ribu Desa, salah satu pengecer perdagangan adil terbesar di Amerika Utara. Kebijakannya termasuk memajukan produsen 50 persen dari harga pembelian ketika pesanan dilakukan dan membayar penuh segera setelah pengiriman pesanan. Pembayaran yang adil ditentukan dengan mempertimbangkan tidak hanya biaya tenaga kerja dan bahan, tetapi juga jumlah keterampilan yang terlibat dalam memproduksi produk tertentu, serta biaya untuk memenuhi kebutuhan dasar produsen. Kebijakannya juga menyerukan pengembangan hubungan jangka panjang antara toko dan produsennya dan pertukaran informasi yang memungkinkan seni tradisional dibuat sesuai dengan tren pasar yang populer. Terakhir, Ten Thousand Villages mendorong staf dan produsennya untuk bekerja secara berkelanjutan, menggunakan bahan alami dan daur ulang sedapat mungkin.