Ketika warga mengambil sistem peradilan pidana ke tangan mereka sendiri, hasilnya adalah keadilan perbatasan. Meskipun istilah ini mungkin dengan tepat memunculkan citra warga yang didedikasikan untuk tujuan keadilan di perbatasan Barat yang liar, istilah ini juga memiliki hubungan historis yang jauh lebih gelap dengan hukuman mati tanpa pengadilan dan terorisme main hakim sendiri. Peradilan perbatasan, bahkan ketika dilakukan dengan niat yang paling damai, dapat dengan cepat turun ke anarki karena setiap orang menentukan interpretasinya sendiri tentang hukum.
Ada dua motivasi utama untuk keadilan perbatasan: ketiadaan hukum, dan ketidakcukupan hukum di benak warga negara. Masalah-masalah ini mungkin ada bersama-sama atau secara terpisah, di perbatasan Amerika abad ke-19, para perintis dan pemukim Barat memiliki masalah ganda yaitu tidak cukupnya penegak hukum dan hakim, dan sistem hukum yang tidak siap untuk menangani banyak masalah yang berkembang di seluruh negara remaja. . Faktor-faktor ini membantu menyebabkan munculnya main hakim sendiri, atau hukuman bagi para pelanggar hukum yang diduga melalui cara-cara di luar hukum.
Meskipun keadilan perbatasan mungkin dimulai dengan motif altruistik atau hanya motif, itu dapat dengan cepat menuruni lereng yang licin. Jika seorang anak dibunuh, dan hukum tidak akan berbuat apa-apa, tampaknya paling tidak logis secara emosional dan adil bagi keluarga anak untuk membunuh atau menghukum si pembunuh di luar hukum. Sayangnya, kemungkinan bahwa keluarga penjahat yang sekarang sudah mati akan menerima logika ini sangat tipis, dan ini dapat membuat mereka membalas dendam terhadap para warga. Tanpa sistem hukum yang objektif, semua keadilan terbuka untuk interpretasi individu, dan tidak ada orang yang secara universal dilindungi dari interpretasi hukum orang lain.
Bahkan jika sistem hukum ada dan ditegakkan, keadilan perbatasan mungkin muncul dari ketidakpuasan terhadap hukum. Jika suatu sistem hukum dicurigai korup atau sesat, misalnya, warga negara mungkin merasa bebas untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri untuk keadilan melalui kegiatan di luar hukum. Setelah Perang Saudara di Amerika Serikat, keadilan perbatasan meningkat di seluruh Selatan sebagai tanggapan terhadap undang-undang yang melindungi hak-hak orang Afrika-Amerika. Di Eropa, pogrom sering dilakukan terhadap pemukiman Yahudi, terkadang dengan partisipasi penuh dari petugas hukum bahkan jika hukum melarang perilaku tersebut.
Bahaya keadilan perbatasan adalah menciptakan sistem berbasis kelangsungan hidup di mana tindakan memiliki konsekuensi acak. Ketika orang-orang terutama khawatir agar tidak terbunuh, waktu yang tersisa untuk fokus pada usaha produktif seperti perdagangan, pertanian, dan pendidikan menjadi lebih sedikit. Sejarah panjang dan kemungkinan nyata dari peradilan perbatasan membantu menekankan pentingnya sistem hukum yang adil, objektif, dan komprehensif.