Katak tebu (Bufo marinus) adalah katak asli Amerika Selatan dan Tengah. Kodok sengaja diperkenalkan ke negara-negara di seluruh dunia sebagai bentuk pengendalian serangga, yang kemudian banyak disesali oleh banyak negara tersebut. Hewan-hewan beracun sebagian besar dianggap sebagai hama, bahkan di wilayah asalnya, dan di beberapa tempat mereka telah menyusup ke budaya populer. Pertempuran Australia dengan katak tebu telah menarik perhatian dunia.
Kulit kodok tebu kering dan berkutil, dengan warna kekuningan hingga coklat dan bintik-bintik gelap pada perut berwarna krem. Rata-rata panjang kodok sekitar empat hingga enam inci (10-15 sentimeter) saat dewasa, meskipun spesimen yang jauh lebih besar telah dicatat. Racunnya, bufotoxin, disimpan di kelenjar yang mengalir di bagian belakang katak tebu, mulai dari belakang mata. Saat stres, katak tebu mengeluarkan racun.
Nama umum katak berasal dari gagasan keliru bahwa katak dapat digunakan untuk membasmi kumbang yang menyerang tebu. Ternyata, karena katak tebu tidak dapat melompat terlalu tinggi, ia tidak dapat memanjat tebu untuk mencapai kumbang tebu. Namun, kodok tebu akan memakan segala sesuatu yang lain, hidup atau mati, dan inilah salah satu alasan mereka diklasifikasikan sebagai spesies invasif. Sementara sebagian besar kodok tebu makan terutama serangga, mereka juga diketahui memakan segala sesuatu mulai dari makanan anjing hingga mamalia kecil.
Racun itu juga membuat kodok tebu menjadi masalah di daerah di mana mereka diperkenalkan. Spesies asli tidak memiliki kekebalan alami terhadap racun, yang mengakibatkan kematian oleh kodok tebu bagi banyak spesies predator yang mencoba memakan hewan tersebut. Karena kecebong juga beracun, ini berdampak pada berbagai tingkat rantai makanan. Hewan peliharaan rumah tangga juga diketahui mati akibat bertemu dengan katak tebu, dan manusia bisa menjadi sakit parah.
Sayangnya bagi negara-negara yang berjuang dengan katak beracun, katak tebu berkembang biak dengan sangat baik. Seekor katak tebu betina dapat bertelur hingga 33,000 telur sekaligus, dalam rumpun benang yang panjang. Meskipun upaya terbaik dari pemerintah mencoba untuk membasmi kodok tebu, hewan terus menyebar, sering mencapai ceruk ekologi yang dominan karena bufotoxin mereka. Di Australia, hewan ini dipandang sebagai bencana ekologis, dan kisah kodok tebu diceritakan di seluruh dunia dalam kelas sains untuk menjelaskan mengapa pengenalan spesies non-pribumi berpotensi sangat berbahaya.