Kemeja tenis, sering disebut sebagai kemeja polo atau hanya polo, adalah gaya kemeja yang awalnya dikembangkan untuk dipakai selama pertandingan tenis tetapi sejak itu menyebar ke berbagai olahraga dan bidang lainnya sebagai pakaian pilihan. Didesain sebagai kaos lengan pendek berbentuk t dengan kerah dan saku rok pendek, biasanya hanya dengan dua atau tiga kancing, kaos tenis ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemain tenis. Sejak penemuan mereka, bagaimanapun, penggunaan pakaian ini telah menyebar ke daerah lain dan mereka telah ditampilkan dalam sejumlah koleksi mode yang berbeda.
Pada akhir 1800-an dan awal 1900-an, pria biasanya mengenakan kemeja putih lengan panjang dengan kancing penuh saat bermain tenis. Ini biasanya dikenakan dengan celana flanel yang berat, dan seluruh pakaiannya tidak terlalu cocok untuk aktivitas atletik yang ekstensif. Juara tenis Prancis René Lacoste merancang gaya pakaian baru yang memungkinkan kenyamanan dan gerakan yang lebih besar dan secara keseluruhan akan lebih baik melayani kebutuhan seseorang yang bermain tenis.
Lacoste merancang kemeja tenis pertamanya untuk memiliki lengan pendek, bukan lengan panjang yang secara tradisional dipakai digulung dan akan dibuka gulungannya sepanjang pertandingan. Dia termasuk kerah yang akan membantu menyerap keringat dan bisa dibalik untuk menjaga sinar matahari dari bagian belakang lehernya. Sebuah saku rok pendek di garis leher akan memungkinkan kemeja untuk dikancingkan untuk kesopanan yang lebih besar, atau sedikit membuka kancing untuk memungkinkan pemakainya untuk mendinginkan diri selama pertandingan. Lacoste menggunakan kain rajutan, khususnya kapas piqué, daripada bahan tenun, untuk daya tahan yang lebih baik dan karena bernapas lebih baik untuk membantu mendinginkan pemakainya saat bermain.
Kemeja tenis asli yang dirancang oleh Lacoste juga termasuk buaya kecil yang dibordir di bagian depan di dada, karena jurnalis Amerika mulai menyebutnya sebagai “buaya” atau “buaya.” Desain aslinya untuk kaus tenis segera diperhatikan oleh pemain lain, dan Lacoste segera bermitra dengan pedagang pakaian untuk memproduksi pakaiannya secara massal. Kemeja tersebut cukup sukses di antara sejumlah pemain olahraga yang berbeda, terutama pemain polo, yang begitu sering mengenakan kemeja sehingga desainnya lebih dikenal sebagai kemeja polo daripada kemeja tenis di berbagai daerah.
Pada akhir abad ke-20, kemeja tenis ditampilkan dalam mode oleh desainer seperti Ralph Lauren dan menjadi populer di kalangan bisnis teknologi dan lingkungan kantor lainnya sebagai standar untuk mode “bisnis kasual”. Kemeja tenis juga sering dipakai di industri ritel, di mana pengusaha menginginkan pakaian yang lebih profesional daripada kaos polos, tetapi tidak seformal kemeja berkancing. Banyak penata taman dan profesional lain yang bekerja di luar ruangan juga sering lebih memilih kemeja tenis karena masih memberikan sirkulasi udara untuk membantu menjaga pemakainya tetap dingin, sementara kain rajutnya kasar dan tahan lama.