Apa itu Ilmu Sidik Jari?

Semua manusia dilahirkan dengan tonjolan yang membentuk pola tetap di masing-masing ujung jari mereka. Pegunungan ini membentuk loop, lengkungan, dan lingkaran yang unik untuk setiap manusia, bahkan kembar identik. Akibatnya, bukti sidik jari fisik dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu secara positif. Ilmu sidik jari melibatkan proses pengumpulan bukti ini dan kemudian memvalidasi dan menganalisis bukti untuk tujuan mengidentifikasi individu. Nama formal untuk ilmu sidik jari adalah daktiloskopi.

Banyak entitas secara teratur menggunakan ilmu sidik jari untuk mengidentifikasi individu. Misalnya, departemen kepolisian dapat menggunakan teknologi sidik jari untuk menangkap penjahat atau mengidentifikasi mayat. Seorang jaksa dapat membangun seluruh kasus terhadap terdakwa berdasarkan identifikasi sidik jari yang positif. Rezim militer dapat menggunakan ilmu sidik jari untuk mengidentifikasi seorang perwira yang terluka parah atau terbunuh.

Biasanya, ada dua langkah kunci yang terlibat dalam ilmu sidik jari: identifikasi sidik jari dan pencocokan sidik jari. Sebagai bagian dari proses identifikasi, pemeriksa harus menemukan dan mengumpulkan sidik jari laten dan paten yang tersedia. Cetakan laten biasanya mengacu pada jejak punggungan yang secara tidak sengaja tertinggal di permukaan dan tidak terlihat dengan mata telanjang. Menggunakan teknik sains sidik jari dan bubuk atau bahan kimia, para ahli dapat membuat sidik jari laten terlihat selama proses pengumpulan.

Cetakan paten, di sisi lain, tertinggal di permukaan atau pembaca sidik jari ketika suatu zat dipindahkan dari ujung jari ke permukaan atau pembaca. Misalnya, cetakan paten akan dihasilkan jika seseorang mencelupkan jarinya ke dalam cat dan kemudian menekannya ke kanvas. Cetakan paten biasanya dapat diidentifikasi tanpa proses kimia dan sering dianggap lebih dapat diandalkan daripada cetakan laten.

Setelah sidik jari telah diidentifikasi, cetakan harus dicocokkan. Para ahli sering melakukan otentikasi dan pencocokan sidik jari menggunakan program perangkat lunak pencocokan sidik jari. Secara umum, perangkat lunak pertama-tama memproses gambar sidik jari menggunakan algoritme yang membantu mendapatkan gambar yang lebih jelas dari cetakan aslinya. Cetakan asli kemudian dibandingkan dengan catatan yang cocok dalam database perangkat lunak untuk tujuan menentukan apakah ada kemungkinan kecocokan.

Ilmu sidik jari membutuhkan lebih banyak keahlian daripada sekadar mengetahui cara menggunakan teknologi biometrik sidik jari. Pemeriksa juga harus mempertimbangkan dampak gesekan pada sidik jari, terutama jika sidik jari itu laten. Media pengembangan, elastisitas kulit, selip, dan tekanan pengendapan semuanya dapat memengaruhi tampilan cetakan, dan para ahli yang kompeten harus mampu menganalisis faktor-faktor tambahan ini.