Ilmu saraf perilaku adalah studi tentang alasan biologis untuk perilaku manusia. Ini adalah kombinasi dari psikologi dan biologi. Seorang ahli saraf perilaku perlu tahu banyak tentang tidak hanya sains dan kedokteran, tetapi juga psikologi. Ahli saraf perilaku juga harus memiliki latar belakang yang kuat dalam matematika dan kimia.
Ilmuwan yang mempelajari ilmu saraf perilaku menggunakan peralatan yang sangat teknis untuk mempelajari otak. Peralatan ini mungkin termasuk gambar resonansi magnetik fungsional (fMRI) atau mikroelektroda khusus yang memantau aktivitas otak. Elektroda ini diikatkan ke kepala, dan merasakan aktivitas otak di berbagai area otak, memberi para peneliti gambaran akurat tentang aktivitas otak. Elektroda ini dapat digunakan selama pemindaian fMRI, untuk memberikan representasi paling akurat dari aktivitas yang tersedia.
Ada banyak bidang studi dalam ilmu saraf perilaku. Fokus utamanya adalah pada bagian otak mana yang memungkinkan orang untuk melakukan perilaku tertentu. Otak sangat terspesialisasi, setiap area melakukan tugas uniknya sendiri. Ahli saraf perilaku mencoba memetakan wilayah ini dengan mempelajari area otak mana yang menyala ketika seseorang terhubung ke elektroda atau dipantau melalui fMRI. Para peserta kemudian diberikan serangkaian tugas untuk dilakukan, diminta untuk memikirkan topik tertentu, atau diperlihatkan berbagai gambar. Peneliti dapat memantau aktivitas otak partisipan untuk memetakan fungsi otak.
Ilmu saraf perilaku juga dapat digunakan untuk mempelajari efek gangguan psikologis pada otak. Gangguan seperti gangguan bipolar, skizofrenia, atau depresi dapat diamati dalam pemindaian otak. Pengamatan ini dapat membantu peneliti untuk mempelajari lebih lanjut tentang cara kerja gangguan ini, dan cara terbaik untuk mengobatinya.
Bidang studi lain dalam ilmu saraf perilaku adalah dalam studi kedokteran hewan. Metode yang digunakan untuk memantau aktivitas otak manusia dapat digunakan pada hewan. Memahami fungsi otak hewan sangat membantu dalam mengungkap misteri otak manusia. Penelitian ini sangat berguna dalam penelitian laboratorium, memantau efek neurologis apa pun yang mungkin dimiliki obat baru, yang ditujukan untuk manusia. Penelitian pada hewan dapat digunakan dalam banyak cara lain, termasuk penelitian tentang bagaimana obat-obatan dan alkohol memengaruhi fungsi otak.
Ada banyak implikasi untuk studi dalam ilmu saraf perilaku. Memahami bagaimana obat mempengaruhi otak, dan bagaimana kecanduan bekerja, pada akhirnya dapat mengarah pada program rehabilitasi yang lebih baik. Efek genetika pada emosi seperti ketakutan, kesedihan, dan kegembiraan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang kepribadian. Dimungkinkan juga untuk menyembuhkan gangguan neurologis, seperti autisme. Dengan mempelajari bagaimana otak mempengaruhi dan mengendalikan perilaku manusia, para ilmuwan mungkin dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana otak dan sistem saraf bekerja.