Hidung pelana adalah hidung dengan cekungan, menghasilkan panjang hidung yang relatif berkurang, penyangga hidung, dan estetika. Selain memberi hidung penampilan “hidung pesek” yang tidak sedap dipandang, gejala hidung pelana termasuk sumbatan hidung, kesulitan bernapas, dan infeksi pernapasan berulang. Perawatan hidung pelana melibatkan mengetahui penyebabnya, menentukan tingkat pelana, dan melakukan operasi hidung.
Penyebab hidung pelana adalah genetik, infeksi, inflamasi, ganas, autoimun, obat yang diinduksi, atau trauma yang terkait. Penyakit menular, seperti kusta dan sifilis, juga dapat menyebabkan hidung tersumbat. Ketika ibu yang terinfeksi menularkan sifilis ke janin selama kehamilan, bayi akan mengalami kondisi yang disebut sifilis kongenital, yang ditandai dengan adanya hidung pelana, gigi seri atas tumpul dan berlekuk, kornea meradang, rahang bawah menonjol, dan rahang atas pendek. rahang. Bayi atau anak dengan sifilis kongenital juga mungkin mengalami pembengkakan lutut dan tulang kering, yang mengacu pada tibia yang cacat dan membungkuk ke depan.
Penyebab inflamasi dan autoimun termasuk perikondritis yang kambuh dan penyakit Wegener. Pada perikondritis yang kambuh, terjadi kerusakan struktur tulang rawan hidung, telinga, katup jantung, mata, trakea, kulit, dan pembuluh darah. Pada penyakit Wegener, pembuluh darah kecil dan menengah menjadi meradang dan dihancurkan oleh sel-sel kekebalan tubuh sendiri. Selain kelainan bentuk hidung pelana yang diakibatkan oleh kerusakan septum hidung, orang dengan penyakit Wegener mengalami mimisan berulang dan infeksi saluran pernapasan, yang mungkin disertai dengan masalah neurologis, ginjal, dan jantung.
Salah satu penyebab hidung pelana yang terkenal adalah penyalahgunaan narkoba. Mengendus kokain atau heroin dapat menyebabkan pembentukan lubang atau perforasi di septum hidung, yang mengarah ke pelana hidung. Penyebab ganas termasuk jenis limfoma sel T yang disebut penyakit granulomatosa garis tengah mematikan. Keganasan di sinus paranasal juga dapat bermetastasis ke hidung, menyebabkan hilangnya integritas struktural hidung dan deformitas sadel berikutnya.
Trauma atau operasi hidung sebelumnya juga dapat menyebabkan kelainan bentuk ini. Trauma langsung dapat merusak tulang dan/atau bagian tulang rawan septum hidung. Bila disebabkan oleh trauma, infeksi dan pembentukan abses dapat mengikuti, yang menyebabkan perlunya perawatan yang lebih intensif. Operasi hidung atau operasi hidung sebelumnya juga dapat menyebabkan kelainan ini.
Beberapa kasus hidung pelana memerlukan intervensi medis berdasarkan penyebab yang mendasarinya. Pengobatan dengan penisilin diperlukan untuk sifilis, sedangkan kortikosteroid dan imunosupresan diperlukan untuk granulomatosis Wegener. Pembedahan dilakukan sesuai dengan preferensi pasien, penyebab yang mendasari, dan adanya gejala. Ketika ada sumbatan hidung atau perforasi septum, yang terbaik adalah melakukan operasi rekonstruksi hidung atau rinoplasti.