Apa itu Hibridoma?

Sel hibridoma adalah hibrida dari dua jenis sel lain, yang disebut limfosit B dan sel myeloma. Ketika limfosit B dan sel mieloma dihibridisasi, mereka membentuk sel hibridoma yang mampu menghasilkan antibodi monoklonal. Ketika antibodi adalah monoklonal, itu berarti semua antibodi dalam sampel yang diberikan berasal dari limfosit B yang sama, dan semuanya identik. Antibodi monoklonal memiliki berbagai kegunaan, termasuk dalam kedokteran diagnostik, dan penelitian biologi.

Limfosit B adalah sel penghasil antibodi dari sistem kekebalan tubuh. Sel-sel dan antibodi yang mereka hasilkan sangat penting untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi bakteri, serta infeksi dengan jenis virus tertentu. Limfosit B menghasilkan antibodi spesifik, tetapi mereka memiliki umur yang terbatas. Sel myeloma adalah limfosit B yang telah berubah menjadi ganas, dan karenanya merupakan sel kanker. Sel myeloma tidak dapat menghasilkan antibodi, tetapi dapat terus membelah dalam kultur sel tanpa batas.

Proses untuk mengembangkan sel hibridoma ditemukan pada tahun 1970-an. Untuk memulai proses ini, tikus diimunisasi dengan antigen protein. Tikus kemudian akan memasang respons imun terhadap antigen, yang akan mencakup limfosit B yang membuat antibodi yang mengenali antigen. Selanjutnya, limpa tikus yang diimunisasi diangkat, dan limfosit B diisolasi dari jaringan limpa.

Limfosit B yang memproduksi antibodi kemudian dikultur dengan sel myeloma. Kultur sel diperlakukan dengan bahan kimia yang membuat membran sel permeabel, yang berarti mereka diselingi dengan lubang kecil. Hal ini memungkinkan sel-sel myeloma dan limfosit B untuk menyatu lebih mudah. Ketika limfosit B menyatu dengan sel myeloma, hasilnya adalah sel hibridoma. Langkah selanjutnya adalah mengisolasi sel-sel yang baru menyatu sehingga setiap sel berada dalam kulturnya sendiri yang terpisah. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa antibodi yang diproduksi oleh sel adalah monoklonal, dan tidak terkontaminasi dengan antibodi dari sel yang berbeda.

Akhirnya, sel hibridoma dipilih untuk kultur berdasarkan seberapa baik mereka mengenali antigen yang digunakan untuk mengimunisasi tikus pada awal proses. Ini penting, karena limfosit B tidak semuanya menghasilkan jenis antibodi yang persis sama, bahkan ketika mereka diimunisasi oleh antigen yang sama. Setiap limfosit B menghasilkan antibodi yang mengenali antigen dengan tingkat spesifisitas dan kekuatan yang berbeda; oleh karena itu proses seleksi lebih lanjut digunakan untuk memilih sel penghasil antibodi dengan respons yang diinginkan.

Kemampuan untuk menggunakan hibridoma untuk menghasilkan antibodi monoklonal terhadap hampir semua protein menjadikannya alat ilmiah yang sangat berguna. Antibodi monoklonal digunakan secara luas dalam penelitian biologis untuk mengidentifikasi dan mengisolasi protein seluler. Dalam kedokteran diagnostik, antibodi monoklonal merupakan alat diagnostik yang efektif karena dapat digunakan untuk mendeteksi antigen bakteri, virus, atau tumor yang terdapat dalam jumlah kecil sekalipun dalam sampel darah atau jaringan.