Sel haploid adalah sel yang hanya terdiri dari satu pasang kromosom, yang merupakan struktur dalam inti sel yang mengandung informasi genetik yang bertanggung jawab untuk transmisi sifat turun-temurun kepada keturunannya. Sementara sebagian besar sel dewasa dalam organisme eukariota adalah diploid, masing-masing memiliki dua set kromosom, jantan dewasa dalam ordo serangga hymenoptera semut, tawon, dan lebah terdiri dari sel-sel haploid. Sperma dan sel telur pada sebagian besar organisme juga bersifat haploid hingga bersatu dalam proses pembuahan dan menjadi diploid.
Informasi kromosom digunakan untuk melanggengkan suatu spesies, dan informasi ini digabungkan ketika sel kelamin jantan dan betina disatukan sehingga informasi genetik yang dibagikan dari kedua orang tua dapat bermanfaat bagi keturunannya dengan menawarkan banyak sifat yang berpotensi dominan. Beberapa keturunan, bagaimanapun, tidak memerlukan tingkat informasi genetik ini untuk memenuhi fungsinya. Tawon, semut, dan lebah jantan hanya mengandung sel haploid karena mereka tumbuh dari telur yang tidak dibuahi menjadi dewasa. Pada spesies jamur dan alga tertentu juga, struktur sel haploid adalah norma.
Tanaman memiliki kemampuan untuk beralih antara keadaan haploid dan salah satu diploidisme atau keadaan haploid ganda, yang sekarang menjadi fitur penting dari pemuliaan tanaman untuk mengontrol sifat genetik tanaman seperti jelai, tembakau, dan lobak. Lebih dari 250 spesies tanaman kini telah dimodifikasi secara genetik menjadi haploid ganda, menggunakan metode reproduksi aseksual, atau partenogenesis, untuk menghasilkan keturunan tanpa pembuahan dan menghilangkan kromosom yang tidak diinginkan. Salah satu manfaat tambahan dari tanaman haploid ganda adalah bahwa keturunannya secara genetik identik dengan tanaman induknya, yang menghilangkan variasi tanaman saat reproduksi diploid tradisional berlangsung.
Salah satu kelemahan organisme haploid, baik yang alami maupun yang dimodifikasi secara genetik, adalah bahwa, jika sebuah gen ternyata cacat, tidak ada salinan identik dari gen tersebut untuk menjalankan fungsinya sebagai pengganti sel-sel diploid. Setiap gen dalam organisme haploid diekspresikan secara efektif, baik menjalankan fungsinya dengan baik atau secara negatif mempengaruhi kesehatan dan kelangsungan hidup organisme. Dalam memeriksa kultur ragi haploid, bukti juga menunjukkan, bagaimanapun, bahwa tingkat mutasi pada organisme secara efektif berlipat ganda dalam sel diploid, karena sel haploid hanya memiliki setengah gen yang dapat bermutasi.
Biologi evolusioner telah meneliti penyebab di balik dominasi sel diploid dan seksual atas reproduksi aseksual selama beberapa waktu. Penelitian menunjukkan bahwa organisme berbasis haploid lebih langka bukan karena mereka lebih rentan terhadap tekanan lingkungan, tetapi karena organisme haploid selama generasi berikutnya kehilangan kemampuan mereka untuk bereproduksi. Kebugaran seksual, oleh karena itu, kemungkinan besar merupakan alasan utama mengapa haploid langka di alam, meskipun mereka kurang rentan terhadap mutasi berbahaya yang dapat dialami diploid.