Apa itu Gula Alami?

Bagi sebagian besar ahli gizi dan ahli makanan, gula alami adalah jenis gula yang terkandung dalam buah-buahan, sayuran, dan tanaman lainnya. Sebagian besar gula ini terjadi sebagai fruktosa, meskipun glukosa dan sukrosa juga dapat ditemukan di beberapa makanan. Mereka alami karena dua alasan: satu, karena mereka muncul dengan sendirinya; dan dua, karena mereka tidak dimanipulasi atau diekstraksi oleh manusia. Bergantung pada konteksnya, setelah gula dikeluarkan dari sumber makanan dan diproses, gula itu mungkin tidak dapat dijual atau dipasarkan sebagai “alami” — bahkan jika itu sepenuhnya bersumber dari alam.

Sumber Utama Gula Alami

Gula alami paling banyak terdapat dalam buah-buahan, yang memberi mereka rasa manis dan seringkali menarik. Makanan tidak harus manis untuk mengandung senyawa gula. Wortel seringkali memiliki rasa manis alami yang tinggi, seperti kebanyakan labu. Bahkan tanaman seperti kubis, bit, dan kentang mengandung beberapa senyawa ini.

Semua tanaman menghasilkan gula sebagai produk sampingan dari fotosintesis. Akar mengambil air dari tanah, yang dikombinasikan dengan karbon dioksida, energi matahari, dan klorofil untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Dalam kebanyakan kasus, energi ini datang dalam bentuk sukrosa dan dianggap sebagai “gula alami”. Gula diserap dan diproses oleh manusia selama pencernaan.

Satu-satunya sumber gula alami non-tanaman adalah madu, yang dihasilkan oleh lebah dari serbuk sari tanaman. Ini sangat tinggi glukosa, salah satu senyawa gula yang paling mudah dicerna bagi manusia.

Kontroversi Gula Halus

Tebu dan bit gula biasanya mengandung konsentrasi manis alami yang sangat tinggi dan biasanya digunakan dalam pembuatan gula meja komersial. Meskipun gula tebu dan gula bit itu alami sejauh berasal dari alam — yaitu, langsung dari tanaman — tetap saja biasanya tidak dianggap sebagai “gula alami” yang ketat. Perbedaan ini telah menyebabkan beberapa kontroversi di komunitas makanan dan pelabelan.

Di Amerika Serikat, seperti di banyak negara di dunia, gula yang telah dimurnikan atau diproses, bahkan secara minimal, tidak dapat dijual dengan label “alami”. Beberapa produsen mengatasi pembatasan ini dengan memberi label produk mereka sebagai “mentah” atau “langsung dari alam.” Biasanya tidak mungkin untuk membeli gula alami yang sebenarnya secara terpisah, karena secara definisi merupakan bagian dari tanaman atau sumber makanan.

Kesehatan Kekhawatiran

Ketika ahli gizi dan profesional kesehatan memperingatkan pasien untuk menjauhi atau membatasi asupan gula, mereka biasanya tidak termasuk varian alami. Menghindari gula alami berarti membatasi buah dan sayuran, yang biasanya memiliki sejumlah vitamin dan mineral penting lainnya.

Namun, terlalu banyak gula – alami atau tidak – bukanlah hal yang baik. Para pelaku diet sering berusaha membatasi asupan buah-buahan yang paling manis sebagai cara untuk membatasi kalori. Penderita diabetes, yang memiliki kondisi medis yang mengganggu kemampuan mereka untuk memproses gula, biasanya juga harus berhati-hati dengan kandungan manis makanan sehari-hari.

Pengganti Gula

Gula alami tidak boleh disamakan dengan pengganti gula alami. Gula secara tradisional mengumpulkan reputasi buruk di kalangan kesehatan sebagai sumber kalori kosong yang dapat menyebabkan penurunan kesehatan dan penambahan berat badan, di antara penyakit lainnya. Hal ini menyebabkan banyak orang mencari pemanis alami yang tidak mengandung gula, atau mengandung dalam dosis rendah. Stevia, agave, dan amasake adalah beberapa alternatif gula yang lebih populer yang mengandung rasa manis tanpa beban kalori. Meskipun ini secara luas diyakini sebagai gula alami, mereka lebih dianggap sebagai alternatif atau substitusi, karena telah dimurnikan.

Ujung Spektrum yang Berlawanan: Gula Buatan dan Sangat Diproses

Tidak ada pemanis buatan manusia atau yang diproduksi secara kimia dapat memenuhi syarat sebagai alami, meskipun banyak yang populer sebagai pemanis rendah atau tanpa kalori. Senyawa seperti aspartam dan sakarin adalah contoh umum, dan mereka sering ditambahkan ke soda diet dan makanan tertentu untuk mengurangi jumlah kalori secara keseluruhan.

Beberapa produsen makanan juga menggunakan bentuk gula hibrida, seperti sirup jagung fruktosa tinggi. Sirup ini adalah senyawa pekat yang memberikan lebih banyak rasa manis per tetes daripada gula nabati biasa. Ini telah menerima banyak perhatian negatif dari pendukung makanan kesehatan, yang berpendapat bahwa itu bisa berbahaya dalam dosis besar dan mungkin tidak dapat dicerna atau diproses secara efisien oleh tubuh.