Apa itu Gigi Manis?

Seseorang yang sangat menyukai makanan manis dikatakan memiliki “gigi manis”. Banyak orang di seluruh dunia menyukai makanan manis, mulai dari buah matang yang dikemas dengan gula hingga cokelat, dan beberapa orang mengaitkan makanan manis secara khusus dengan kenyamanan dan kesejahteraan. Beberapa faktor tampaknya bersatu untuk menciptakan gigi manis: manusia cenderung menyukai makanan manis karena berbagai alasan, beberapa manusia bahkan memiliki gen kesukaan yang lebih kuat, dan yang lain dikondisikan untuk menyukai permen. Memiliki gigi manis tidak selalu merupakan hal yang buruk, meskipun konsumsi makanan manis yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan.

Istilah ini berasal dari sekitar tahun 1300-an, ketika orang menggunakannya untuk menggambarkan seseorang yang menyukai makanan lezat secara umum, manis atau tidak. Seiring waktu, ungkapan itu secara khusus digunakan untuk merujuk pada makanan manis, berkat pengenalan gula rafinasi yang terjadi ketika orang mulai menjelajahi daerah tropis Asia. Saat ini, istilah tersebut juga digunakan untuk merujuk pada seseorang yang mengalami keinginan untuk makan manis.

Diyakini bahwa manusia telah menikmati manisan sejak lama. Di Afrika, berbagai macam buah tersedia untuk dipilih, tetapi buah yang matang sepenuhnya memiliki nilai gizi paling tinggi. Buah matang juga jauh lebih manis daripada buah mentah, jadi manusia mungkin belajar pada tahap awal evolusi bahwa mereka harus mencari makanan manis; meskipun kebanyakan manusia tidak lagi mencari makanan mereka, pelajaran genetik kuno ini mendorong manusia modern untuk mencari dan menikmati makanan manis.

Studi yang dilakukan oleh beberapa universitas di seluruh dunia juga menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki kecenderungan genetik yang kuat untuk makanan manis. Dengan kata lain, meskipun semua manusia terprogram sampai batas tertentu untuk menikmati makanan manis, beberapa gigi manis lebih kuat dari yang lain. Banyak dari pemeriksaan ilmiah terhadap gigi manis ini menggunakan studi kembar, di mana peneliti membandingkan gigi manis dari kembar fraternal dan kembar identik untuk mempelajari lebih lanjut tentang peran genetika dalam preferensi untuk permen.

Para peneliti juga telah menunjukkan bahwa makanan manis bisa menjadi sifat yang dipelajari. Banyak orang tua, misalnya, menghadiahi anak-anak mereka dengan permen, membangun asosiasi positif dengan makanan manis di benak anak-anak mereka. Emosional makan juga sering memiliki komponen gigi manis yang kuat, mungkin karena begitu banyak orang mengasosiasikan permen seperti kue, kue, coklat, dan minuman manis dengan rasa nyaman.

Makanan manis cenderung memiliki nilai kalori yang tinggi, yang merupakan salah satu alasan mengapa manusia purba mencarinya. Banyak manusia modern yang kebutuhan makanannya sudah terpenuhi, sehingga konsumsi makanan manis dapat menyebabkan konsumsi kalori yang berlebihan dan akibatnya berat badan bertambah. Untuk alasan ini, banyak orang mencoba mengekang gigi manis mereka untuk menjaga berat badan mereka tetap stabil.