Apa itu Gelombang Alfa?

Gelombang alfa merupakan salah satu jenis gelombang otak yang dapat direkam oleh alat electroencephalograph (EEG). Dominasi gelombang alfa dalam pola gelombang otak menunjukkan individu dalam keadaan santai tetapi sadar. Jenis gelombang otak lainnya termasuk gelombang beta, theta dan delta, masing-masing menunjuk ke keadaan fungsi otak yang berbeda. Selain tipe dasar pola gelombang otak ini, ada juga tanda-tanda listrik lain yang dihasilkan oleh otak seperti “ledakan” atau “gelombang” yang terjadi secara singkat.

Ujung saraf di otak menghasilkan aktivitas listrik dalam bentuk pulsasi yang dapat diukur oleh sensor yang disebut elektroda. Elektroda ditempatkan di sebelah kulit kepala dan dihubungkan ke electroencephalograph. Dengan menempatkan sensor di sebelah kulit kepala, mesin dapat merekam denyut listrik otak, menerjemahkan aktivitas ke pembacaan puncak dan palung. Ketinggian puncak menunjukkan amplitudo, sedangkan jarak antara puncak, frekuensi.

Dimulai dengan pola gelombang otak yang paling aktif, gelombang beta menunjukkan kewaspadaan. Aktivitas listrik ini dimulai pada 13 Hz dan kemungkinan dominan saat Anda membaca halaman ini. Frekuensi yang lebih tinggi dalam rentang ini (26 Hz dan lebih tinggi) terkadang didefinisikan lebih lanjut sebagai gelombang gamma. Keadaan emosi yang gelisah seperti ketakutan atau kemarahan menghasilkan gelombang beta, seperti halnya tugas-tugas yang membutuhkan konsentrasi atau menciptakan kecemasan.

Gelombang alfa memiliki frekuensi yang lebih lambat yaitu 8-13 Hz, sesuai dengan keadaan relaksasi. Anda mengalami keadaan alfa ketika Anda membiarkan pikiran Anda melayang atau melayang. Anda mungkin merasa diri Anda “zoning out” saat menonton televisi, duduk di kelas, kuliah, atau bahkan saat mengemudi. Meditasi juga dapat menghasilkan gelombang alfa dan pola alfa memainkan peran penting dalam keadaan mimpi.

Saat seseorang tertidur, pola Theta mendominasi pada 4-8 Hz. Keadaan ini, sering kali dipenuhi dengan gambaran mental, kadang-kadang disebut sebagai “tidur senja”. Gelombang theta mungkin juga dominan selama keadaan meditasi yang lebih dalam.

Akhirnya, gelombang delta berdenyut pada 0.5-4 Hz saja, menunjukkan tidur nyenyak tanpa mimpi. Gelombang delta juga merupakan tanda dari pasien koma. Sangat menarik untuk dicatat bahwa bayi mengalami dominasi gelombang delta saat bangun. Pada orang dewasa, ini bisa menjadi indikasi penyakit seperti skizofrenia, demensia, keracunan atau delirium yang diinduksi obat.

Di dunia yang sadar akan stres saat ini, keadaan alfa telah menerima banyak perhatian karena hubungannya dengan relaksasi. Beberapa jenis obat alternatif mempromosikan dengan sengaja mengubah pola gelombang otak untuk menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan. Teknik sederhana seperti menutup mata dan duduk diam sambil membiarkan stres “mengalir” dari tubuh mungkin memiliki efek meningkatkan gelombang alfa dan mengubah suasana hati.
Terapi diri yang melibatkan afirmasi positif umumnya diyakini lebih efektif bila dilakukan dalam keadaan alfa. Teknik seperti itu sering kali mencakup mendengarkan musik yang menenangkan, musik yang tenang atau suara alam sebagai awal dari afirmasi. Disiplin lain yang diarahkan untuk meningkatkan gelombang alfa termasuk meditasi, yoga, dan nyanyian. Outlet kreatif seperti melukis atau memainkan instrumen juga dapat meningkatkan aktivitas gelombang alfa.