Gambang Afrika adalah palu, atau perkusi, alat musik yang terbuat dari kayu yang menghasilkan serangkaian suara berongga. Memukul palu karet terhadap kayu menghasilkan suara instrumen. Ukuran dan jumlah tuts pada gambang bervariasi tergantung pada negara Afrika yang memproduksinya. Biasanya, laki-laki di desa-desa Afrika memainkan alat musik itu meskipun tidak ada batasan gender. Instrumen ini mungkin hanya memiliki satu atau beberapa pemain, dan digunakan untuk berbagai tarian atau ritual suku.
Versi awal gambang Afrika dibuat dengan merangkai kayu dan labu menjadi satu. Penduduk desa memanggang kayu dan membentuk batangan individu untuk mencapai nada yang diinginkan. Setelah mereka membentuk kayu, mereka dengan hati-hati memilih labu, atau resonator, untuk mengiringi ukuran batang kayu dan mencapai kunci yang diperlukan. Mereka mengumpulkan lilin tawon dan menggunakannya untuk mengatur nada kunci instrumen di mulut resonator. Penduduk desa mengumpulkan daun karet dari tanaman liar yang merambat, dan menggunakannya untuk membuat palu yang digunakan untuk memukul kayu.
Istilah gambang berarti “suara kayu”, dan gambang Afrika dinamai berdasarkan suara yang dihasilkannya. Panjang batang kayu menentukan nada dengan batang yang lebih panjang menghasilkan nada yang lebih rendah dan batang yang lebih pendek menghasilkan nada yang lebih tinggi. Palu yang digunakan untuk memainkan gambang juga mempengaruhi suara yang dihasilkan alat musik tersebut. Palu yang lebih lembut menghasilkan timbre bulat dan suara lembut sementara palu yang lebih keras menghasilkan timbre yang cerah dan melengking.
Gambang Afrika memiliki sejarah yang tidak jelas sejak zaman kuno. Sarjana tertentu menegaskan bahwa masyarakat kuno, Afrika dan Asia menciptakan versi gambang tanpa pengaruh yang lain. Bukti mendukung bahwa gambang berasal dari Asia Tenggara. Pada tahun 500 M, orang-orang Asia memasuki Afrika, membawa gambang bersama mereka. Banyak sarjana cenderung percaya versi kedua karena kesamaan antara gambang Asia Timur dan gambang Afrika.
Penduduk desa Afrika menggunakan gambang untuk berbagai keperluan upacara. Seringkali, penduduk desa menggunakan gambang dalam orkestra besar atau ansambel yang terdiri dari instrumen kayu dan labu lainnya. Mereka memainkan instrumen pada tarian suku untuk menghidupkan kembali peristiwa sejarah musik atau untuk menyampaikan cerita suku. Mereka juga menggunakan gambang pada acara-acara perayaan, seperti pernikahan, upacara keagamaan, atau tarian perang. Dalam pemakaman atau acara duka lainnya, satu orang memainkan gambang menggunakan nada yang lebih lembut dari instrumen untuk menyampaikan kesedihan.