Filsafat Yunani sering identik dengan filsafat Barat Kuno di mana orang-orang seperti Socrates dan Plato mengembangkan banyak pemikiran dan karya mengenai sifat alam semesta. Tidak ada aliran pemikiran tunggal dan terpadu yang dapat disebut sebagai “filsafat Yunani” karena banyak filsuf dan aliran yang berbeda muncul di wilayah ini selama ratusan tahun. Namun, secara umum, sekolah yang berbeda ini sering dikelompokkan bersama sebagai pra-Socrates, dan kemudian dengan nama sekolah atau guru yang berbeda yang memimpin berbagai gerakan ini. Filsuf Yunani terkenal yang mendirikan berbagai gerakan dalam filsafat kuno termasuk Sofis, Socrates, Plato, dan Aristoteles.
Era pra-Socrates filsafat Yunani biasanya mengacu pada para filsuf Yunani yang hidup dan mengajar sebelum Socrates. Ada sejumlah aliran dan filsuf berbeda yang termasuk dalam kelompok ini, meskipun kaum Sofis mungkin termasuk yang paling terkenal. Sofis adalah ahli retorika dan guru yang sering berpendapat bahwa apa pun di luar pengalaman dan pengamatan pribadi tidak ada. Jenis filsafat Yunani ini sebagian besar memandang bahwa tidak ada “kebenaran” yang menyeluruh atau komprehensif di alam semesta, melainkan setiap orang mengalami alam semesta secara individual dan hanya memiliki pengalamannya sendiri untuk dimanfaatkan.
Socrates menantang pandangan ini, bagaimanapun, dan mendirikan sekolah pemikiran yang menunjukkan kebenaran tertentu dapat dinyatakan sebagai nyata dan bermakna. Sementara Socrates cukup berpengaruh di antara para filsuf pada masanya, muridnya Plato mungkin telah memberikan kontribusi yang lebih berarti bagi filsafat Yunani. Plato memperluas ajaran Socrates, yang dibunuh oleh musuh-musuhnya yang berpengaruh, dan mulai menyempurnakan filsafat Yunani kuno ke dalam sistem yang lebih komprehensif. Ajaran Plato menetapkan “Yang Baik” sebagai alasan tertinggi di alam semesta, dan tujuan dari semua tindakan dan pengetahuan adalah mengejar cita-cita ini.
Ajaran Plato, yang selanjutnya disempurnakan dan diperluas oleh muridnya Aristoteles, meletakkan dasar bagi banyak gagasan yang umumnya diasosiasikan dengan filsafat Yunani. Konsep “Yang Baik” dan cita-cita mutlak, seperti “keindahan” dan “kebenaran”, yang dapat dipahami dan dicita-citakan, tetap berpengaruh dalam banyak pemikiran filosofis yang mengikuti ajaran ini. Filsafat Yunani terus berkembang melampaui ajaran Plato dan Aristoteles, karena kemudian diikuti oleh para filsuf lain seperti Stoa dan Neo-Platonis. Masing-masing kelompok ini selanjutnya memanfaatkan ajaran para filsuf sebelumnya dan menyumbangkan ide atau perkembangan baru dalam filsafat yang masih dipelajari hingga saat ini.