Apa Itu Epidemi Narsisme?

Narcissus adalah seorang pemburu mitologi Yunani yang sangat bangga dengan kecantikannya sehingga dia meninggalkan keluarga dan orang yang dicintainya. Dewi Yunani Nemesis, pelindung pembalasan ilahi, membawanya ke sebuah kolam di mana dia melihat bayangannya, jatuh cinta — dan ke dalam kolam — dan tenggelam. Dari kisah inilah istilah “narsisme” mendapatkan namanya. Istilah “epidemi narsisme” mengacu pada meningkatnya kemunculan penyakit mental ini di masyarakat.

Narsisme diklasifikasikan sebagai berfokus sepenuhnya pada diri sendiri dan kebutuhan dan keinginan seseorang dengan merugikan orang lain. Gejala narsisme termasuk fokus pada diri sendiri, sifat sombong, kurangnya rasa bersalah, penurunan empati terhadap orang lain, hipersensitivitas terhadap kritik dan kapasitas berkurang untuk penyesalan atau rasa terima kasih. Ada berbagai jenis narsisme, masing-masing dengan gejala yang berbeda-beda yang berhubungan kembali dengan tema sentral tentang kepentingan diri sendiri dan hak.

Orang dengan narsisme tidak secara inheren tidak sehat. Berbagai teori psikologis mengusulkan bahwa sejumlah sifat diperlukan untuk kelangsungan hidup dan kesuksesan individu. Hanya ketika narsisme menjadi ekstrem barulah diklasifikasikan sebagai penyakit mental. Epidemi narsisme mengacu pada peningkatan tingkat narsisme yang tidak sehat dalam masyarakat, bahkan di antara individu-individu yang tidak cenderung mementingkan diri sendiri.

Penyebab narsisme bervariasi. Beberapa jenis narsisme bergantung pada lingkungan. Memiliki orang tua yang narsis, misalnya, bisa membuat anak meniru perilaku tersebut. Kekayaan atau kekuasaan yang tiba-tiba dapat menyebabkan narsisme situasional yang didapat. Setiap kali harga diri dan harga diri menurun dan rasa malu atau bersalah meningkat, kondisi ideal untuk narsisme muncul kembali. Epidemi narsisme adalah fenomena budaya yang dianggap berasal dari sifat masyarakat modern yang berpusat pada individu.

Seberapa besar masalah yang ditimbulkan oleh epidemi narsisme tidak jelas. Satu dari setiap empat mahasiswa diidentifikasi dengan ciri-ciri pada tes kepribadian narsistik. Sebuah penelitian di Amerika menemukan bahwa satu dari setiap 16 orang yang disurvei memiliki kecenderungan narsistik. Konsekuensi global dari fenomena ini tersebar luas, mempengaruhi orang-orang narsis dan mereka yang berinteraksi dengan mereka.

Tidak ada jawaban yang jelas untuk epidemi narsisme. Mengobati narsisme melibatkan psikoterapi. Sesi terapi individu membantu individu narsistik mengembangkan rasa diri tanpa harus merendahkan orang lain atau hanya fokus pada diri mereka sendiri. Sesi terapi kelompok dapat membantu orang narsis belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain dengan cara yang sehat. Beberapa dokter menggunakan obat-obatan untuk membantu pengobatan narsisme.