Enzim jantung dilepaskan ke dalam aliran darah ketika jantung mengalami kerusakan. Mereka termasuk enzim creatine phosphokinase (CPK) dan protein troponin. Biasanya, enzim ini ditemukan dalam tingkat yang sangat rendah di seluruh tubuh, tetapi ketika otot jantung rusak, mereka bocor dalam jumlah yang lebih besar. Sebuah studi enzim jantung mengukur tingkat dua zat, memungkinkan dokter untuk menentukan apakah peristiwa jantung, seperti serangan jantung, telah terjadi.
Dokter biasanya memesan studi enzim jantung ketika pasien datang dengan gejala serangan jantung. Prosedur ini dilakukan dengan mengambil darah dari pasien, biasanya dari vena di lengan atau tangan, dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dianalisis. Sementara penelitian ini hanya membutuhkan satu pengambilan darah, itu sebenarnya terdiri dari dua tes terpisah. Dalam beberapa kasus, hanya satu dari keduanya yang dipesan.
Tes troponin biasanya merupakan tes pilihan untuk menentukan apakah pasien telah menderita serangan jantung. Kehadiran enzim jantung ini merupakan indikasi cedera jantung, dan kadarnya cenderung tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama daripada CPK. Dalam kondisi normal, kadar troponin sangat rendah sehingga hampir tidak dapat dideteksi. Tingkat yang sedikit meningkat menunjukkan beberapa jenis kerusakan jantung, sementara tingkat yang meningkat secara signifikan menunjukkan bahwa serangan jantung telah terjadi.
Tes CPK juga digunakan untuk mendiagnosis serangan jantung, tetapi tidak dapat diandalkan karena peningkatan kadar enzim jantung ini dapat terjadi dengan cedera otak atau otot. Gangguan tiroid juga dapat menghasilkan hasil yang tidak normal. Tes isoenzim CPK dapat digunakan untuk menentukan jenis pasti CPK yang ada dalam darah, yang pada gilirannya membantu menentukan di mana kerusakan terjadi. Tes biasanya diulang setiap dua sampai tiga hari saat pasien berada di rumah sakit, karena naik turunnya enzim dapat lebih membantu mendiagnosis kondisi tertentu.
Beberapa faktor dapat mengubah hasil studi enzim jantung, termasuk kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya, obat penurun kolesterol tertentu, dan penggunaan alkohol berat. Pasien dengan distrofi otot dan penyakit autoimun tertentu mungkin juga mengalami peningkatan kadar enzim ini. Operasi baru-baru ini atau resusitasi kardiopulmoner dapat mengganggu hasil juga.
Selain studi enzim jantung, dokter juga dapat memesan tes untuk mengukur kadar miglobin, protein lain yang ditemukan di otot jantung. Alat diagnostik tambahan, seperti elektrokardiografi dan pemeriksaan fisik, biasanya digunakan bersama dengan studi enzim jantung. Gejala pasien dan riwayat medis masa lalu juga diperhitungkan.