Divertikulum duodenum adalah kantong abnormal yang berkembang di bagian usus kecil yang dikenal sebagai duodenum. Perkembangan kantong ini biasanya tidak menimbulkan gejala apapun, meskipun komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa gejala yang mungkin dari kondisi ini termasuk refluks atau ketidaknyamanan perut, yang terutama terjadi setelah makan. Komplikasi mungkin termasuk infeksi, obstruksi usus, atau pecahnya divertikulum. Setiap pertanyaan atau kekhawatiran khusus tentang adanya kondisi ini dalam situasi individu harus didiskusikan dengan dokter atau profesional medis lainnya.
Penyebab pasti dari divertikulum duodenum tidak dipahami dengan jelas, meskipun usia lanjut dan kebiasaan diet yang buruk tampaknya memainkan peran penting ketika menentukan faktor risiko untuk perkembangan pertumbuhan abnormal ini. Mereka yang makan banyak makanan berlemak atau berminyak serta mereka yang berusia lebih dari 40 tahun memiliki risiko tertinggi terkena masalah ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan antara kondisi ini dan penyakit kandung empedu dalam beberapa kasus.
Dalam banyak kasus, kondisi ini didiagnosis sebagai hasil tes medis yang dirancang untuk mendiagnosis atau mengobati kondisi yang berbeda karena divertikulum itu sendiri biasanya tidak menimbulkan gejala yang nyata. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal setelah makan, meskipun hal ini tidak selalu terjadi setelah setiap kali makan. Mual dan nyeri yang terkait dengan masalah ini sering disalahartikan sebagai kondisi medis lain, menyebabkan banyak pasien menghindari mencari perhatian medis sampai komplikasi parah muncul.
Infeksi yang dikenal sebagai divertikulitis dapat terjadi jika kantong menjadi meradang. Sakit perut yang intens, mual, dan demam adalah tanda khas divertikulitis dan harus segera dilaporkan ke dokter. Perubahan pola makan dan penggunaan obat bebas atau resep adalah bentuk standar pengobatan untuk kasus divertikulitis ringan, meskipun intervensi bedah untuk memperbaiki bagian usus yang rusak mungkin diperlukan, terutama jika divertikulum duodenum pecah atau jika terjadi obstruksi usus.
Pembedahan tidak diperlukan untuk kebanyakan orang yang memiliki divertikulum duodenum. Obat pereda nyeri atau antasida mungkin direkomendasikan untuk mengobati gejala apa pun yang mungkin ada, dan pasien sering kali dianjurkan untuk menambahkan lebih banyak serat ke dalam makanan. Jika ada perdarahan rektal, suplemen zat besi mungkin disarankan oleh dokter. Antibiotik yang diresepkan untuk mengobati infeksi harus diminum sesuai petunjuk, bahkan jika gejalanya tampak hilang.