Apa itu Diglosia?

Diglosia mengacu pada situasi di mana dua bahasa yang berbeda diucapkan oleh anggota satu komunitas. Ini juga berlaku untuk situasi di mana anggota komunitas berbicara dengan dialek yang berbeda atau turunan dari bahasa yang sama. Penerapan diglosia pada komunitas semacam itu adalah fakta bahwa satu bahasa resmi atau diakui, sedangkan yang lain tidak. Meskipun bahasa lain tersebut tidak resmi, bahasa tersebut masih banyak digunakan oleh sebagian anggota masyarakat, selain bahasa resmi.

Bahasa resmi disebut bahasa “tinggi”, sedangkan yang lain disebut bahasa “rendah”. Bahasa rendah adalah bahasa umum yang dituturkan oleh anggota masyarakat dalam berbagai setting. Masyarakat menggunakan bahasa tinggi dalam kapasitas resmi seperti menulis, mengajar dan berbicara pada acara resmi atau formal. Beberapa contoh umum penerapan diglosia dapat ditemukan di bekas jajahan negara-negara seperti Inggris dan Prancis. India adalah bekas jajahan Inggris di mana prinsip diglosia dapat dilihat. Negara ini memiliki dua bahasa resmi. Bahasa Hindi dikenal sebagai bahasa utama, sedangkan bahasa Inggris adalah bahasa kedua.

Di koloni Inggris lainnya, kebalikannya sama. Bahasa resminya adalah bahasa Inggris, yang juga merupakan bahasa tingkat tinggi. Negara ini memiliki banyak bahasa dan dialek, sehingga rendahnya bahasa tergantung pada masyarakatnya. Salah satunya adalah bahasa Yoruba. Untuk anggota komunitas berbahasa Yoruba, bahasa Inggris adalah bahasa utama, sedangkan Yoruba adalah bahasa yang mereka gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain selama percakapan sehari-hari lainnya. Anak-anak diajarkan dalam bahasa Inggris, karena mereka belajar membaca dan menulis dalam bahasa tersebut.

Contoh lain dari diglosia dapat dilihat di negara-negara dengan imigran, seperti Amerika Serikat. Bahasa tinggi adalah bahasa Inggris, sedangkan bahasa rendah mungkin merupakan bahasa ibu dari berbagai imigran. Misalnya, seorang imigran Spanyol dapat berbicara bahasa Inggris di tempat kerja, saat menulis atau saat berinteraksi dengan orang lain yang tidak berbahasa Spanyol. Imigran yang sama dapat berbicara bahasa Spanyol di rumah, di gereja, di toko bahasa Spanyol, atau saat berinteraksi dengan anggota komunitas Spanyol lainnya.

Salah satu efek diglosia adalah cara diglosia berfungsi sebagai alat komunikasi interpersonal dan klasifikasi sosial. Bahasa rendah hampir selalu diturunkan ke latar belakang dan dianggap kurang penting daripada bahasa tinggi. Mereka yang mahir dalam bahasa rendah dapat dianggap buta huruf atau dari kelas sosial yang lebih rendah jika mereka tidak mengerti atau tahu bagaimana berbicara dalam bahasa tinggi.