Perancangan kurikulum merupakan salah satu aspek profesi pendidikan yang menitikberatkan pada pengembangan kurikulum bagi siswa. Beberapa profesional pendidikan mengkhususkan diri dalam desain kurikulum, dan mungkin menghabiskan seluruh waktu mereka untuk mengerjakan kurikulum, daripada mengajar di kelas, sementara dalam kasus lain guru yang bekerja mengembangkan kurikulum mereka sendiri. Desain kurikulum juga dipraktikkan oleh orang tua yang homeschooling anak-anaknya, terkadang dengan bimbingan seorang profesional pendidikan berpengalaman yang dapat memberikan saran dan saran, dan terkadang dengan bantuan homeschooler yang berpengalaman.
Di banyak negara, standar tolok ukur khusus ditetapkan untuk pendidikan guna memastikan bahwa anak-anak di seluruh negeri mencapai tingkat pendidikan yang sama. Misalnya, pemerintah mungkin mendikte kapan anak-anak harus mulai belajar perkalian dan pembagian, menetapkan standar kemampuan membaca, dan sebagainya. Salah satu aspek desain kurikulum melibatkan peninjauan standar-standar ini dan menentukan bagaimana mereka dapat dipenuhi atau dilampaui.
Aspek lain melibatkan pemikiran tentang siswa itu sendiri, dan jenis kurikulum apa yang paling sesuai. Siswa berasal dari berbagai latar belakang budaya dan kelas, dan desain kurikulum tidak boleh menjadi satu pendekatan yang cocok untuk semua. Metode yang bekerja di sekolah yang terletak di distrik kelas atas mungkin tidak sesuai untuk sekolah di daerah dengan banyak imigran yang tidak berbicara bahasa pengantar utama, misalnya, dan metode yang digunakan dengan siswa yang belajar bahasa tidak akan berhasil untuk anak-anak dengan cacat intelektual. Perancang kurikulum yang terampil perlu memikirkan kebutuhan populasi siswa yang dilayaninya.
Desain kurikulum juga dapat mencakup pertimbangan keterbatasan. Orang tua homeschooling, misalnya, mungkin dapat meluangkan waktu untuk mengajak seorang siswa melakukan perjalanan ke London untuk melihat benda-benda bersejarah di museum untuk dipelajari dalam konteks, sementara seluruh ruang kelas di Bangkok tidak dapat secara wajar meniru pengalaman ini. Keterbatasan dapat mencakup masalah seperti pendanaan, akses ke buku teks, norma moral di wilayah tempat siswa diajar, dan batasan yang ditetapkan oleh distrik sekolah. Misalnya, seseorang yang bekerja pada desain kurikulum untuk program pendidikan seksual mungkin sedang merancang kurikulum untuk distrik sekolah di mana mata pelajaran tertentu tidak dapat didiskusikan, memerlukan penyesuaian pada kurikulum.
Fleksibilitas adalah aspek penting lain dari desain kurikulum. Banyak guru kelas bekerja dengan siswa dari berbagai tingkat kemampuan, dan mereka harus mampu menyesuaikan kurikulum agar semua siswa tetap terlibat dan belajar. Mungkin juga perlu mengubah kecepatan kurikulum untuk menangani masalah yang muncul; misalnya, sebuah kelas mungkin memiliki lebih banyak masalah dalam memahami suatu konsep daripada yang diharapkan, dan guru harus dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk itu, daripada berlomba ke mata pelajaran berikutnya dan membuat siswa bingung.