Denotasi mengacu pada definisi atau arti kata tertentu yang ketat, yang seringkali bebas dari indikator emosional sekunder atau yang tidak disengaja. Ini berarti bahwa denotasi sebuah kata biasanya mengacu pada apa arti kata itu jika dicari dalam kamus dan juga mengacu pada makna terkait yang secara langsung berhubungan dengan makna yang ketat. Makna-makna tersebut dapat berkembang dalam beberapa cara yang berbeda, sering kali berhubungan dengan penggunaan historis. Ini berbeda dengan konotasi sebuah kata, yang mengacu pada makna emosional atau sekunder yang mungkin dimiliki sebuah kata di luar maknanya yang ketat.
Komunikasi yang efektif dan penggunaan bahasa sering kali bergantung pada pemahaman yang jelas tentang denotasi dan konotasi kata-kata. Seseorang yang memahami denotasi atau definisi dasar kata dapat lebih mudah dan tepat menggunakan istilah-istilah tersebut dalam percakapan atau dalam teks tertulis. Ini sering dilihat sebagai tanda pendidikan atau kecerdasan, terlepas dari apakah indikator tersebut sesuai atau sah. Mengartikulasikan ekspresi ide dapat memiliki dampak yang luar biasa pada percakapan biasa, serta debat dan negosiasi.
Pengertian denotasi yang paling sederhana dan paling mendasar adalah bahwa itu adalah definisi kamus dari sebuah kata. Ini cukup mudah untuk diingat karena kata-kata “denotasi”, “kamus”, dan “definisi” semuanya dimulai dengan huruf “D”. Sebuah kata mungkin hanya memiliki satu denotasi, berdasarkan arti yang paling umum dan standar yang disepakati untuk kata itu. Beberapa kata, bagaimanapun, dapat memiliki beberapa denotasi yang berbeda, yang semuanya akurat dan dapat diterima, tergantung pada bagaimana kata tersebut digunakan.
Kata sederhana seperti “kucing”, misalnya, biasanya hanya memiliki satu denotasi. Itu karena kata ini menggambarkan hal yang sangat pasti dan konkret, hewan berkaki empat yang sering berbulu dan terlihat cukup umum di antara ras yang berbeda. Namun, kata-kata yang lebih rumit seperti “pengorbanan” atau “kehidupan” dapat memiliki banyak denotasi yang berbeda karena kompleksitas gagasan yang dirujuk oleh kata-kata tersebut.
Banyak kata juga memiliki konotasi, yang mengacu pada ide atau perasaan yang sering dikaitkan dengan kata-kata tersebut, terlepas dari arti kata tersebut. Denotasi kata “dangkal”, misalnya, hanya mengacu pada sesuatu yang ada atau terlibat dengan tingkat permukaan sesuatu dan tanpa makna positif atau negatif. “Dangkal” memiliki konotasi yang sangat pasti di beberapa budaya, namun memiliki nada negatif dan biasanya mengacu pada seseorang yang sia-sia atau hanya peduli dengan penampilan permukaan. Konotasi semacam itu biasanya didasarkan pada konsep budaya dan dapat sangat bervariasi.