Apa itu Defisiensi IGG?

Imunoglobulin G (IgG) adalah komponen plasma darah yang penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh yang sehat. IgG membantu menetralkan bakteri, virus, dan racun lingkungan sebelum menginfeksi dan merusak sel-sel tubuh. Kekurangan IgG dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi kronis dan berulang, terutama infeksi pernapasan seperti bronkitis dan pneumonia. Sebagian besar pasien yang memiliki kondisi tersebut perlu minum antibiotik secara teratur dan menjadwalkan pemeriksaan rutin dengan dokter mereka untuk mencegah komplikasi serius. Dalam kasus defisiensi yang parah, transfusi darah periodik mungkin diperlukan untuk mengisi kembali kadar IgG sepanjang hidup pasien.

Beberapa faktor berbeda dapat berkontribusi pada kelainan ini, tetapi kebanyakan kasus terkait dengan kelainan genetik bawaan. Agammaglobulinemia terkait-X, suatu kondisi yang terutama menyerang pria, menghambat perkembangan sel B pembuat IgG dalam sistem kekebalan. Kondisi genetik cenderung menjadi lazim pada masa bayi atau masa kanak-kanak yang sangat dini. Seseorang juga dapat mengalami defisiensi IgG di kemudian hari karena kekurangan protein, gagal ginjal, atau kanker. Selain itu, penggunaan jangka panjang antikonvulsan dan obat imunosupresif untuk kondisi lain telah dikaitkan dengan penurunan kadar IgG.

Kekurangan IgG itu sendiri biasanya tidak menyebabkan gejala fisik, tetapi dapat membuat tubuh sangat rentan terhadap infeksi virus dan bakteri yang sering terjadi. Seseorang dengan gangguan ini kemungkinan akan mengalami infeksi pernapasan berulang yang dapat menyebabkan bronkitis, pneumonia, dan penyakit paru obstruktif. Infeksi sinus kronis, influenza, dan infeksi kulit yang berhubungan dengan bakteri juga umum terjadi pada defisiensi IgG. Tingkat IgG yang sangat rendah juga dapat membuat vaksin tidak berguna, dan vaksinasi sebenarnya dapat memicu penyakit yang dirancang untuk dicegah.

Seorang dokter biasanya memutuskan untuk menyaring defisiensi IgG dan gangguan sistem kekebalan lainnya ketika pasien menderita infeksi kronis. Sampel darah diambil dan dianalisis di laboratorium rumah sakit untuk mengukur kadar IgG. Jika pasien memiliki masalah pernapasan berulang yang parah, pemindaian tomografi terkomputerisasi dapat dilakukan untuk menilai kerusakan fisik pada paru-paru.

Beberapa pasien tidak perlu menerima pengobatan yang ditujukan langsung pada kekurangan mereka. Jika kadar IgG cukup rendah, antibiotik harian dan kunjungan rutin ke kantor dokter mungkin sudah cukup. Terapi penggantian IgG, yang melibatkan transfusi setiap tiga sampai empat minggu, mungkin diperlukan jika kadarnya sangat rendah. Pembedahan tidak efektif untuk memperbaiki defisiensi, tetapi prosedur mungkin diperlukan jika infeksi telah merusak jaringan paru atau sinus secara serius. Sebagian besar pasien dapat mengelola kondisi mereka ketika mereka mengambil tindakan pencegahan terhadap infeksi dan mengikuti perintah dokter mereka.