Cross merchandising adalah strategi pemasaran yang memungkinkan untuk menghasilkan penjualan untuk produk yang termasuk dalam kategori berbeda dengan menghubungkannya di benak konsumen. Dalam pengaturan ritel, ini dapat berarti menyiapkan tampilan yang mencakup dua atau lebih produk yang berbeda, tetapi secara logis dapat digunakan bersama-sama. Idenya adalah untuk menarik pelanggan yang datang untuk membeli item tertentu untuk juga membeli item tambahan yang dipajang di area yang sama dan dapat digunakan bersamaan dengan item pertama.
Salah satu contoh terbaik dari cross merchandising adalah di bagian elektronik dari toko ritel. Di bagian di mana sistem suara stereo dipajang, manajemen toko dapat memilih untuk menampilkan barang-barang seperti baterai, remote universal, kabel speaker, atau bahkan mungkin sedikit pilihan CD musik populer. Dengan demikian, pelanggan yang datang untuk membeli sistem stereo kompak baru dapat memilih untuk juga mengambil remote universal yang akan mengoperasikan sistem serta perangkat elektronik lain yang sudah dimiliki konsumen. Pada saat yang sama, pelanggan juga dapat mengambil baterai untuk remote dan membeli satu atau dua CD baru untuk diputar di sistem stereo.
Mempekerjakan konsep cross merchandising memiliki manfaat bagi konsumen dan pengecer. Bagi konsumen, kemampuan untuk mengambil semua yang dibutuhkan untuk pergi dengan suatu produk tanpa melalui beberapa gang menghemat waktu. Pada saat yang sama, pengecer memiliki kesempatan untuk menjual item tambahan pada satu waktu, sementara juga membangun loyalitas pelanggan dengan mereka yang menghargai kenyataan bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dalam satu lorong, daripada berjalan di beberapa lorong. Hasil akhirnya adalah pengecer meningkatkan penjualan, dan konsumen secara keseluruhan lebih puas dengan pengalaman berbelanja.
Agar merchandising silang berfungsi, penting bahwa produk yang ditampilkan bersama memiliki semacam koneksi logis. Misalnya, seorang pembuat pakaian tidak akan memajang dasi pria di samping pakaian dalam wanita dan berharap dapat meningkatkan penjualan. Namun, jika dasi tersebut ditampilkan dengan pilihan jas pria dan disertai dengan item seperti kemeja, kancing manset, dan sapu tangan yang rapi untuk saku kerah jaket, kemungkinan untuk melakukan cross-sell item akan meningkat secara signifikan.
Strategi cross merchandising dapat digunakan di hampir semua pengaturan ritel. Toko persewaan film dapat membuat tampilan yang menampilkan grup film tertentu, dan menyertakan permen, minuman ringan, dan popcorn dalam tampilan yang sama. Konter parfum di department store juga dapat memajang losion dan sabun beraroma bersama dengan botol parfum. Toko perlengkapan olahraga mungkin memajang helm, perlengkapan perbaikan ban, dan sarung tangan bersepeda di dekat rak sepeda. Selama item-item yang ditampilkan bersama-sama memiliki hubungan logis satu sama lain, strategi tersebut kemungkinan besar akan berhasil.