Dokter sering mengauskultasi paru-paru, menggunakan stetoskop atau alat pendengar lainnya, untuk mendengar suara yang dibuat tubuh dengan sendirinya. Ketika suara mungkin terdengar terlalu baik melalui paru-paru, fenomena ini disebut pectoriloquy. Suara-suara ini dipecah menjadi beberapa kategori, dengan dinamika tertentu yang disebut bronkofoni. Ini terjadi ketika volume suara normal mengalir tanpa meredam melalui paru-paru, seringkali karena kondisi seperti pneumonia atau bahkan kanker.
Dengan stetoskop di kedua sisi dada, pasien yang duduk diminta untuk perlahan mengucapkan angka “99” beberapa kali berturut-turut. Dengan bronkofoni normal, kata-kata akan terdengar teredam dan tidak dapat dibedakan. Jika kata-katanya cukup jelas untuk didengar, bronkofoni abnormal dapat didiagnosis.
Ketika paru-paru beroperasi secara normal, jaringannya biasanya menyaring suara-suara jernih yang dihasilkan oleh kotak suara. Akustik ini berkurang ketika bronchophony telah dikompromikan. Ini memungkinkan suara terdengar lebih jelas di paru-paru. Seorang dokter akan mengesampingkan fenomena ini jika suaranya tidak cukup jelas untuk membedakan nomornya.
Bronchophony hanyalah salah satu dari beberapa pemeriksaan transmisi suara yang dapat digunakan dokter untuk menentukan apakah pasien mengalami masalah pernapasan. Tes serupa lainnya disebut tes pectoriloquy berbisik. Ini melibatkan pasien dengan ringan membisikkan angka “99” beberapa kali secara perlahan. Jika dokter dapat dengan jelas mendengar nomor melalui stetoskop, tes akan kembali positif. Jika tidak, nomornya tidak akan terdengar atau, setidaknya, sama sekali tidak dapat dibaca. Namun tes lain, yang disebut tactile fremitus, membuat pasien mengatakan “99” sambil merasakan getaran berlebihan di paru-paru.
Tes lain yang mirip dengan bronkofoni menguji paru-paru untuk egofoni, di mana suara “EEE” diterjemahkan menjadi suara “AAA”. Mendengarkan setiap paru-paru dengan stetoskop, dokter akan memberi tahu pasien untuk menahan suara “EEE” dengan suara yang jelas dan dapat didengar. Jika suara yang ditransmisikan melalui auskultasi mendekati “AAA”, dokter akan mencurigai adanya egofoni.
Tes-tes ini dapat memberikan setidaknya diagnosis tentatif konsolidasi paru-paru di mana paru-paru terisi cairan. Ini bisa disebabkan oleh pneumonia, tetapi kondisi lain, seperti asma dan bahkan kanker, dapat menyebabkannya. Untuk memastikan diagnosis, rontgen paru-paru akan dapat mengidentifikasi lokasi dan tingkat keparahan konsolidasi.