Apa itu Berkebun Biodinamik?

Berkebun biodinamik berfokus pada prinsip-prinsip pertanian organik dan menghindari penggunaan pestisida dalam menanam dan mempertahankan tanaman. Sebagai gantinya, metode ini biasanya menggunakan komponen alami seperti abu untuk pengendalian hama, dan herba, pupuk kandang, dan bubuk kristal kuarsa sebagai pupuk. Pendukung berkebun biodinamik sering melihat seluruh pertanian sebagai entitas holistik, dengan masing-masing tanaman dan hewan saling bergantung satu sama lain.

Akar dari berkebun biodinamik pertama kali berkembang pada tahun 1924, ketika Rudolf Steiner memberikan serangkaian delapan kuliah kepada petani yang menyatakan keprihatinan tentang kondisi penurunan kualitas tanah mereka. Para petani percaya alasan untuk ini adalah penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Setelah kuliah Steiner, sebuah kelompok riset dibentuk untuk melakukan pengujian lebih lanjut, yang mengarah ke jumlah pendukung pertanian biodinamik yang terus meningkat.

Petani biodinamik biasanya melihat pertanian sebagai satu kesatuan, di mana tanah, tanaman, dan hewan masing-masing memainkan peran penting dan saling berhubungan. Selama masing-masing bagian baik dengan sendirinya, menurut teori ini, maka seluruh pertanian akan berkembang. Berkebun biodinamik biasanya menggunakan teknik alami seperti rotasi tanaman, daur ulang nutrisi, dan pemeliharaan tanah. Cara tersebut umumnya mendorong penyerbukan terbuka, sehingga petani dapat menanam benihnya sendiri, daripada menggunakan benih yang dijual oleh perusahaan besar.

Metode pertanian yang lebih alami ini beroperasi berdasarkan sembilan persiapan pemupukan tanah, yang Rudolf Steiner beri nomor 500 hingga 508. Dua persiapan pertama berfokus pada persiapan awal ladang, dan tujuh sisanya digunakan untuk membuat kompos. Persiapan 500 menyerukan tanduk sapi berisi kotoran sapi untuk dikubur di bawah tanah di musim gugur, dan 501 sebaliknya menggunakan tanduk sapi berisi kristal kuarsa bubuk, dikubur di musim semi dan kemudian dibuang di musim gugur. Tujuh persiapan kompos yang tersisa memerlukan tumbuh-tumbuhan yang berbeda, seperti Yarrow, Chamomile, Stinging Nettle, Oak bark, Dandelion, Valerian, dan Horsetail, untuk dikubur pada waktu yang berbeda-beda sepanjang tahun.

Pengendalian hama sering dilakukan dengan membakar tubuh hewan yang tidak diinginkan, atau rumput liar, kemudian menyebarkan abunya ke tanah dengan cara yang berbeda. Untuk mengendalikan gulma, misalnya, petani biasanya menyalakan api dengan menggunakan rumput liar sebagai kayu bakar, kemudian membakar biji gulma tersebut di dalam api. Abu yang dihasilkan dari benih yang dibakar disebar di sekitar ladang, kemudian disemprot dengan urin dari sapi yang mandul. Hal ini dianggap membuat gulma tidak subur, menyebabkannya berhenti menyebar.

Berkebun biodinamik sering kali menggunakan astrologi untuk mengatur banyak aspek pertanian. Fase bulan dan konstelasi biasanya dipertimbangkan untuk menentukan waktu yang tepat untuk menanam dan memanen tanaman. Karena ketergantungan metode pada astrologi, para kritikus terkadang menganggapnya sebagai gaib atau seperti sihir, alih-alih didasarkan pada praktik pertanian ilmiah yang mapan.
Studi telah dilakukan untuk menentukan efektivitas pertanian biodinamik. Sementara beberapa penelitian mengungkapkan peningkatan kualitas tanah dan tanaman, yang lain menemukan sedikit atau tidak ada perbaikan ketika membandingkan metode ini dengan pertanian tradisional.