Bahasa sintetik bukanlah hasil proses kimia yang melibatkan kata-kata dan berbagai zat. Ini adalah bahasa yang mengandung sejumlah besar morfem per kata. Morfem adalah satuan makna terkecil dalam sebuah kata. Kebalikan dari bahasa sintetik adalah ‘bahasa pengisolasi’ yang memiliki jumlah morfem per kata yang sedikit. Bahasa dengan rasio morfem per kata yang tinggi termasuk bahasa seperti Hongaria dan Finlandia yang rentan terhadap konjugasi yang panjang.
Kata terdiri dari morfem. Misalnya, kata ‘secara etimologis’ terdiri dari empat morfem. Morfem-morfem ini bersifat etimologis. Hanya karena sebuah kata panjang tidak berarti ia memiliki banyak morfem. Kata ‘konjugasi’ hanya memiliki dua morfem: konjugasi-ion. Kata-kata pendek dapat berupa banyak morfem seperti ‘kucing’, yang memiliki bentuk jamak atau morfem tunggal seperti ‘break.’
Ada sejumlah alasan untuk bahasa tertentu memiliki lebih banyak morfem daripada yang lain. Misalnya, bahasa Inggris menambahkan morfem tambahan yang tidak dimiliki bahasa Jepang karena bahasa Inggris mempluralkan kata benda. Bahasa Jermanik rentan terhadap jumlah morfem yang tinggi karena mereka menghasilkan sejumlah kata majemuk seperti ‘Schwarzwaldkirschetorte,’ yang berarti ‘pintu gerbang ceri Hutan Hitam’.
Penyebab lain dari rasio morfem yang tinggi adalah konjugasi. Sedangkan bahasa Inggris menggunakan sejumlah besar kata ganti dan artikel untuk memberikan arti kata, bahasa lain seperti Hungaria konjugasi kata-kata mereka dengan menambahkan morfem. Bahasa-bahasa tersebut, termasuk bahasa Latin, juga menambahkan jangkauan morfem yang lebih luas seperti morfem datif dan akusatif.
Tentu saja, ada tingkat sintesis yang berbeda dalam bahasa sintetik dan antara bahasa sintetik. Bahasa Inggris, secara relatif, menuju akhir linguistik yang terisolasi, tetapi kalimat dapat dibentuk dengan sintesis tingkat tinggi atau rendah tergantung pada bagaimana maknanya diungkapkan. Bahasa Cina dan Jepang adalah bahasa yang terisolasi.
Di sisi lain, bahasa seperti Finlandia memiliki tingkat sintesis yang tinggi. Hal ini memungkinkan bahasa untuk mengungkapkan lebih banyak informasi menggunakan lebih sedikit kata, tetapi juga berarti kata-kata tersebut lebih panjang dan lebih sulit untuk diucapkan. Bahasa tidak dapat dinilai berdasarkan satu kalimat, karena dalam banyak bahasa mungkin saja membingkai kalimat sedemikian rupa sehingga kurang lebih tampak seperti bahasa sintetik.
Bahasa yang sangat sintetik, seperti Mohawk, juga dapat ditentukan sebagai bahasa polisintetik. Ini berarti bahwa kata-kata dapat memiliki jumlah morfem yang tinggi secara teratur dan terkadang seluruh kalimat dapat diekspresikan dengan menggunakan satu kata. Contoh lain dari bahasa polisintetik termasuk Ainu di Jepang dan Chukchi.