Apa itu Audiens Imajiner?

Penonton imajiner adalah konsep psikologis yang umum pada tahap remaja perkembangan manusia. Ini mengacu pada keyakinan bahwa seseorang berada di bawah pengamatan yang konstan dan dekat oleh teman sebaya, keluarga, dan orang asing. Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil dari orang-orang tersebut yang tertarik pada aktivitas seseorang, dan pandangan dunia yang matang biasanya akan mengurangi kesan bahwa audiens imajiner ini ada. Beberapa orang, bagaimanapun, mempertahankan kesalahpahaman ini hingga usia dewasa mereka. Istilah ini juga telah diterapkan dalam studi tentang fenomena jejaring sosial abad ke-21.

Istilah penonton imajiner diciptakan oleh psikolog anak David Elkind pada tahun 1967. Elkind sedang mempelajari egosentrisme remaja, kepercayaan remaja yang terdokumentasi dengan baik bahwa dunia berputar di sekitar mereka. Ini, menurut Elkind, bukanlah penyimpangan psikologis, seperti yang mungkin terjadi pada orang dewasa. Sebaliknya, ini adalah bagian alami dari proses pengembangan pemahaman yang sehat tentang hubungan seseorang dengan dunia. Kebanyakan orang pada akhirnya akan mendapatkan perspektif yang lebih realistis tentang peran yang mereka mainkan dalam kelompok sebaya mereka saat mereka dewasa.

Sementara itu, penonton imajiner dapat menambah efek pergolakan remaja pada banyak remaja. Beberapa menjadi terobsesi dengan penampilan pribadi, dengan hasil mulai dari krisis emosional yang tidak berbahaya akibat jerawat hingga gangguan makan yang berpotensi mengancam jiwa. Orang lain akan terpaku pada kelompok sebaya tertentu, membayangkan bahwa anggota kelompok itu menilai tindakan mereka, atau mencari persetujuan dari orang-orang yang pada kenyataannya hanyalah remaja yang tidak tahu apa-apa seperti mereka. Peristiwa ini bisa tampak traumatis bagi mereka yang memiliki sedikit pengalaman hidup. Namun, pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa, krisis seperti itu memudar karena orang mengalami peristiwa yang benar-benar mengubah hidup seperti kelulusan, pernikahan, dan membesarkan anak.

Mempertahankan audiens imajiner hingga dewasa dapat menjadi tanda bahwa seseorang menderita paranoia atau gangguan sosial atau psikologis lainnya. Kebanyakan orang menghibur fantasi seperti itu dari waktu ke waktu. Sensasi konstan atau berulang saat diawasi, dihakimi, atau dianiaya oleh orang asing dapat menandakan masalah yang lebih signifikan. Perasaan ini terkadang dapat diredakan dengan menjadi anggota gereja atau kelompok sosial lainnya, seperti yang berbasis di sekitar pekerjaan atau hobi, dengan mendorong interaksi sosial yang sehat. Jika ini tidak efektif, terapis yang berkualifikasi dapat membantu menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif.

Pada abad ke-21, psikolog terkadang merujuk pada audiens imajiner dalam konteks jejaring sosial. Bisnis ini mendorong anggota untuk secara teratur memperbarui teman, keluarga, dan rekan kerja, memberi tahu mereka tentang aktivitas sehari-hari atau momen penting pribadi mereka. Pengguna mungkin membayangkan audiens untuk pembaruan ini yang sangat berbeda dari jumlah pembaca mereka yang sebenarnya. Jika jejaring sosial benar-benar mengubah cara orang berinteraksi, seperti yang disarankan banyak komentator, audiens imajiner dapat menjadi faktor penting dalam hubungan orang dewasa.