Apa itu Arteri Cerebral Posterior?

Sistem peredaran darah bertanggung jawab untuk mengangkut oksigen dan nutrisi ke otak. Bagian dari suplai darah otak yang kompleks meliputi arteri serebral posterior kiri dan kanan. Kedua arteri ini memasok darah beroksigen ke bagian belakang bawah otak, di bagian oksipital tengkorak.

Darah disuplai ke kepala dan otak oleh empat arteri besar, dua arteri karotis dan dua arteri vertebralis. Arteri vertebralis kanan dan kiri bergabung membentuk arteri basilaris. Arteri ini pada gilirannya memisahkan menjadi dua arteri serebral posterior dekat batang otak, di batas atas pons.

Arteri karotis terpisah di leher menjadi arteri karotis eksternal dan internal. Karotis interna bergabung dengan arteri serebri posterior melalui arteri komunikans posterior. Komunikasi ini membentuk bagian dari struktur arteri yang dikenal sebagai Lingkaran Willis. Lingkaran Willis memungkinkan sirkulasi antara berbagai bagian otak menjadi seimbang.

Arteri serebri posterior memasok darah ke pusat lobus oksipital, bagian inferior lobus temporal, batang otak dan otak kecil. Daerah ini mengandung korteks calcarine, juga dikenal sebagai korteks visual primer. Cabang pendek dari arteri serebri posterior memasok darah ke hipokampus, talamus, bagian dari jalur optik dan otak tengah.

Stroke yang mempengaruhi arteri serebral posterior dapat mempengaruhi korteks oksipital dan menyebabkan aleksia, yaitu ketidakmampuan untuk membaca. Sebagai alternatif, goresan ini dapat memengaruhi pembelajaran visual, pengenalan visual, atau orientasi spasial visual. Stroke yang melibatkan arteri serebral posterior juga dapat mempengaruhi otak kecil atau batang otak, menyebabkan bicara lambat atau tidak jelas. Ini disebut disartria, dan merupakan hasil dari kerusakan saraf yang mempengaruhi otot-otot yang mengontrol lidah dan rahang. Kebanyakan stroke cenderung unilateral, hanya mempengaruhi setengah dari otak.

Sindrom Anton, bagaimanapun, hasil dari stroke yang melibatkan arteri vertebralis yang mempengaruhi kedua belahan otak. Pasien sindrom Anton mengalami kebutaan kortikal, yang sejujurnya tidak mereka sadari dan mungkin mereka bantah dengan keras. Pasien tidak dapat mengidentifikasi objek sederhana dan bahkan mungkin tidak dapat mengetahui apakah lampu ruangan menyala atau mati. Pupil mata, bagaimanapun, masih merespon dengan tepat terhadap cahaya.

Otak pasien sindrom Anton akan “berbohong” tentang apa yang dilihat pasien. Pasien tidak menyadari kepalsuan ini dan menyalahkan kesalahan visual pada masalah lain, seperti tidak memiliki kacamata. Reaksi yang tidak biasa ini bisa jadi karena korteks visual yang rusak terpisah dari bagian otak lainnya, termasuk bagian bicara dan bahasa. Reaksi ini tidak bertahan lama, dan seiring waktu, pasien menjadi sadar akan kebutaan kortikalnya.