Armada kapur barus adalah kumpulan kapal yang tidak digunakan secara aktif, tetapi berpotensi dapat digunakan jika diperlukan. Armada kapur barus dikelola oleh banyak angkatan laut di seluruh dunia, dan juga oleh beberapa perusahaan sipil. Nasib kapal dalam armada kapur barus seringkali tidak pasti, karena mereka biasanya rusak, pada akhirnya memaksa administrator untuk membuangnya, daripada mencoba memperbaikinya. Mengingat fakta ini, beberapa orang bertanya-tanya tentang kebijaksanaan memelihara armada kapur barus atau “armada hantu” sama sekali, karena kapal jarang, jika pernah, digunakan.
Argumen untuk mempertahankan armada kapur barus cukup logis, meskipun armada seperti itu sering tidak pernah digunakan. Idenya adalah bahwa dalam masa perang atau kebutuhan mendadak, angkatan laut mungkin membutuhkan jumlah kapal yang jauh lebih besar daripada yang dikendalikannya saat ini. Untuk menjaga kapal yang cukup untuk keadaan darurat dengan tugas aktif penuh akan sangat mahal, dan pemborosan sumber daya. Namun, dengan membentuk armada kapur barus, angkatan laut secara teoritis dapat memastikan bahwa sumber daya tersedia, jika diperlukan.
Secara klasik, armada kapur barus berlabuh cukup dekat pangkalan angkatan laut atau fasilitas militer lainnya, sehingga dapat diakses dengan cepat. Kapal-kapal biasanya disiapkan untuk masa istirahat mereka dengan dilucuti peralatan dan sistem senjata, yang disimpan di gudang, dan tindakan perlindungan seperti menyegel lambung dan jendela dapat diambil untuk menjaga kapal dalam kondisi operasi. Biasanya sejumlah kapal berlabuh bersama, memungkinkan awak minimal untuk merawat mereka.
Sayangnya, sebagian besar kapal dalam armada kapur barus mencair dengan cepat, berkarat, menyerap air, menarik jamur dan hewan, dan akhirnya rusak sama sekali. Mereka juga dengan cepat menjadi usang, berkat kemajuan konstan dalam teknologi militer, jadi bahkan jika kapal seperti itu disimpan dalam kondisi baik, mereka dan peralatannya akan sangat tidak memadai ketika diperlukan.
Pada akhirnya, kapal-kapal dalam armada kapur barus biasanya dijual atau dibuang. Praktik ini agak kontroversial, karena banyak kapal angkatan laut mengandung jejak radiasi dan racun yang bisa berbahaya bagi rata-rata perusahaan untuk ditangani, dan beberapa orang merasa bahwa angkatan laut harus menangani penghancuran armada kapur barus mereka secara pribadi, demi keselamatan lingkungan. . Di beberapa komunitas, kehadiran armada kapur barus telah menimbulkan banyak kemarahan, karena warga memprotes kapal-kapal yang membusuk diam-diam berlabuh di lepas pantai. Dalam beberapa kasus, kapal dalam armada kapur barus dibersihkan sebanyak mungkin dan digunakan untuk membuat terumbu buatan, sehingga memecahkan masalah pembuangan dan memberi manfaat bagi lingkungan.