Apa itu Api dan Belerang?

Orang-orang menggunakan istilah “api dan belerang” untuk membayangkan gambaran grafis dari hukuman yang menanti orang-orang berdosa di Neraka. Istilah ini paling sering digunakan dalam tradisi Kristen, merujuk pada beberapa bagian dalam Alkitab di mana item-item ini menonjol, meskipun tidak semua orang Kristen menyukai gagasan bahwa Allah telah menyiapkan hukuman yang mengerikan bagi orang-orang berdosa. Bahkan, beberapa orang menggunakan istilah itu secara merendahkan untuk menggambarkan gaya khotbah tertentu di mana petugas memainkan harpa dengan tema hukuman yang mengerikan.

Api cukup jelas, tetapi banyak orang tidak tahu apa itu “belerang”. “Brimstone” hanyalah istilah kuno untuk belerang, bahan yang umumnya dikaitkan dengan gunung berapi. Kata-kata itu memunculkan gambaran gunung berapi yang meletus atau Neraka yang berapi-api di mana para pendosa menjadi sasaran murka ilahi. Bau belerang yang menonjol sering dikaitkan dengan Iblis dalam tradisi Kristen, dan Iblis kadang-kadang digambarkan sebagai “bau belerang”, merujuk pada gagasan bahwa ia tinggal di daerah di mana belerang tersebar luas.

Kitab Wahyu secara khusus menampilkan sejumlah referensi tentang api dan belerang. Tuhan menghujani orang-orang berdosa, nabi-nabi palsu dilemparkan ke dalam danau itu, dan orang-orang “keji”, antara lain, menunggu hukuman di “danau yang menyala-nyala dengan api dan belerang,” menurut Wahyu 21:8. Secara historis, banyak orang Kristen mengambil gagasan itu secara harfiah, percaya bahwa Neraka adalah tempat yang nyata dan bahwa orang-orang yang telah berdosa akan menanggung hukuman fisik di sana.

Ancaman api dan belerang digunakan dalam upaya untuk mendorong orang berdosa untuk memperbaiki jalan mereka yang salah, dan itu digunakan sebagai alat untuk pertobatan, dengan beberapa misionaris menyarankan bahwa kegagalan untuk bertobat akan seperti membeli tiket langsung ke Neraka. Orang Kristen modern terpecah dalam konsep Neraka, dengan beberapa orang menganggapnya sebagai tempat metaforis yang dikunjungi setelah kematian, sementara sekte lain berpegang teguh pada gagasan bahwa orang secara harfiah dibawa ke Neraka atau Surga setelah kematian. Fakta bahwa kerak bumi mengapung di atas lautan magma tentu memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa Neraka adalah tempat yang nyata di masa lalu, dan tidak diragukan lagi orang-orang Kristen awal terinspirasi oleh letusan gunung berapi yang dahsyat ketika mereka berjuang untuk memvisualisasikan Neraka.

Pendeta yang banyak berkhotbah tentang sifat dosa, murka Allah, dan hukuman kadang-kadang dikenal sebagai “pengkhotbah api dan belerang” atau “penumbuk mimbar.” Baptis khususnya terkenal karena khotbah mereka yang berapi-api. Sekte Kristen lainnya lebih menyukai pendekatan yang tidak terlalu meneror. Quaker, misalnya, lebih suka membahas kasih Tuhan daripada murka-Nya.