Apa itu Antibodi Poliklonal?

Antibodi poliklonal adalah antibodi yang diturunkan dari beberapa sel B atau garis sel. Persiapan antibodi ini memiliki beberapa kemiripan dengan berbagai antibodi yang ditemukan dalam serum normal, yang merupakan komponen cairan yang terpisah dari darah beku. Kemiripan ini disebabkan oleh fakta bahwa antibodi yang bersifat poliklonal mengenali epitop yang berbeda dan memiliki derajat spesifisitas yang berbeda. Sebaliknya, antibodi dalam sediaan monoklonal berasal dari satu jenis klon dan mengenali epitop yang sama dengan tingkat spesifisitas yang sama.

Untuk memproduksi antibodi poliklonal khusus, hewan seperti ayam, tikus atau kelinci diimunisasi dengan antigen dan preparat adjuvant. Sistem imun hewan dirangsang untuk memproduksi sel B yang mensekresikan antibodi yang spesifik untuk antigen tersebut. Setelah jangka waktu tertentu, biasanya beberapa minggu atau bahkan bulan, serum hewan dipanen.

Preparat antibodi poliklonal khusus biasanya merupakan campuran dari spesifisitas antibodi yang semuanya mengenali antigen yang sama. Perbedaan spesifisitas berarti antibodi mengikat dengan kekuatan yang berbeda untuk epitop yang berbeda pada antigen. Serum dapat digunakan apa adanya setelah dipisahkan dari darah utuh, dan juga dapat dimurnikan lebih lanjut jika diinginkan. Serum darah yang mengandung antibodi poliklonal disebut antiserum.

Antibodi poliklonal digunakan secara eksperimental dan dalam pengobatan klinis untuk berbagai alasan. Sediaan poliklonal umumnya lebih mudah dan lebih murah untuk dihasilkan daripada antibodi monoklonal, dan mereka juga mampu menahan variasi suhu dan pH yang lebih besar. Dalam pengobatan, penggunaan antibodi poliklonal yang paling umum adalah untuk memberikan kekebalan pasif terhadap penyakit tertentu. Satu-satunya pengobatan yang efektif untuk Ebola, misalnya, adalah transfusi serum antibodi dari manusia yang selamat dari virus.

Pada penyakit seperti Ebola, ini efektif karena virus berkembang biak dan bekerja begitu cepat di dalam tubuh sehingga sistem kekebalan tidak punya waktu untuk meningkatkan pertahanannya sendiri. Ketika seseorang terinfeksi virus Ebola, dia meninggal jauh sebelum sistem kekebalan tubuh dapat memerangi virus tersebut. Oleh karena itu, satu-satunya pengobatan yang efektif adalah perlindungan yang diberikan oleh antiserum seseorang yang pernah mengalami infeksi sebelumnya.

Penggunaan medis lain untuk antiserum adalah sebagai antitoksin atau antivenin. Sediaan ini mengandung antibodi khusus untuk racun dari reptil beracun, arakhnida, dan serangga. Mereka digunakan untuk mengobati orang yang telah digigit atau disengat oleh hewan-hewan ini, sekali lagi karena racunnya bekerja terlalu cepat di dalam tubuh bagi sistem kekebalan untuk melakukan pertahanan.