Abses adalah kantong berisi nanah dari infeksi lokal yang dikelilingi oleh peradangan. Abses dapat terjadi di mana saja di tubuh, tetapi abses yang terjadi di dalam rongga hidung disebut sebagai abses hidung. Rongga hidung adalah area tubuh di dalam hidung yang memanjang dari lubang hidung hingga tenggorokan.
Infeksi bakteri dan virus, parasit, masuknya zat asing ke dalam rongga hidung dan cedera semuanya dapat menyebabkan abses hidung. Setelah gangguan yang mendasari terjadi, sistem kekebalan mengirimkan sel darah putih ke lokasi yang rusak untuk melawan infeksi. Nanah, yang terdiri dari cairan getah bening, sel darah putih aktif dan mati, jaringan yang hancur dan bakteri atau zat asing lainnya, mulai terkumpul di area tersebut.
Tidak seperti banyak jenis abses lainnya, abses hidung seringkali dapat diobati dengan antibiotik, karena rongga hidung memiliki vaskularisasi yang tinggi, sehingga antibiotik lebih mudah mengalir melalui aliran darah untuk mencapai kantong kecil infeksi di hidung. Terkadang perlu untuk mengeringkan abses hidung melalui pembedahan. Ini biasanya merupakan prosedur rawat jalan sederhana yang dilakukan dengan anestesi lokal, tetapi jika pasien memiliki kondisi kesehatan mendasar yang membahayakan sistem kekebalannya, rawat inap mungkin diperlukan. Jika abses hidung tidak diobati, infeksi dapat menyebar ke tulang atau aliran darah, yang dapat memiliki konsekuensi yang mengancam jiwa.
Salah satu jenis abses hidung adalah abses septum hidung. Septum hidung adalah struktur yang berjalan melalui bagian tengah hidung, membaginya menjadi dua sisi, masing-masing dibatasi oleh lubang hidung di ujung luar. Septum hidung terdiri dari tulang dan tulang rawan. Abses septum hidung biasanya terjadi di bagian tulang rawan septum setelah cedera traumatis. Infeksi gigi, sinusitis, influenza, dan operasi hidung juga dapat menyebabkan abses septum hidung, dan gejalanya meliputi nyeri, peradangan, kemerahan, dan pendarahan. Jika tidak diobati, abses hidung dapat menyebabkan sumbatan hidung, kesulitan bernapas dan, pada akhirnya, kerusakan permanen pada septum.
Abses dapat menjadi perhatian serius karena Staphylococcus aureus (MRSA) yang resistan terhadap methicillin, bakteri yang telah menjadi resisten terhadap banyak antibiotik garis depan yang biasanya digunakan untuk melawan infeksi. Abses MRSA biasanya akan merespon pengobatan dengan antibiotik yang lebih kuat, seperti vankomisin, tetapi dokter sering memilih untuk mengeringkan abses yang terinfeksi bakteri MRSA daripada memberikan antibiotik. Ini dilakukan untuk membantu mencegah MRSA menjadi kebal terhadap lebih banyak jenis antibiotik.